Kunjungi Labuan Bajo, Susi: Kredit Nelayan Lewat Koperasi  

Reporter

Senin, 6 Juni 2016 22:17 WIB

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menaiki motor polisi pengawalnya untuk menuju ke acara ulang tahun Ratu Elizabeth ke-90 di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, 1 Juni 2016. Tempo/Angelina Anjar Sawitri

TEMPO.CO, Labuan Bajo - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meminta para nelayan membuat koperasi agar bisa mendapatkan fasilitas bantuan kredit. Pemerintah, kata dia, tak dapat memberikan kredit ke Kelompok Usaha Bersama (KUB) lagi karena tidak berbadan hukum seperti koperasi.

"Jadi KUB bapak-bapak harus diubah menjadi koperasi. Sebab, kalau koperasi berbadan hukum, ada pertanggungjawabannya," katanya saat berdialog dengan nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Manggarai Barat, Senin, 6 Juni 2016. Dengan kelompok berbadan hukum, kata dia, nelayan mendapat bantuan pelayanan untuk memperoleh KUR.

Untuk mendampingi pemberian bantuan ini, Susi meminta Bupati Labuan Bajo Agustinus Christian Dullah memanggil Kepala BRI Cabang Labuhan Bajo ihwal penyaluran KUR kepada masyarakat. Dia menuturkan plafon KUR untuk modal usaha masyarakat ialah Rp 5-250 juta.

"Jadi kalau ada koperasi mudah. Soal perbankan nanti pengurus koperasi juga bisa bantu menguruskannya," ujarnya.

Menurut Susi, fasilitas perbankan dapat dinikmati nelayan, mengingat saat ini nilai non performing loan di sektor perikanan menurun jauh. Turunnya NPL dapat mendorong industri perbankan percaya bahwa sektor perikanan tumbuh lebih baik.

Bagi masyarakat yang memiliki kesulitan keuangan, kata dia, Bank memberi waktu 2 tahun untuk restrukturisasi. Dengan demikian, nelayan dapat meminta penundaan pembayaran hingga 2 tahun.

Susi menuturkan potensi perikanan daerah masih banyak yang belum digali. Apalagi sektor perikanan dikelola dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan bersama-sama dengan industri pariwisata.

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Brahmantya Satyamurti Poerwadi mengatakan industri perbankan telah melihat bahwa sektor perikanan lebih menjanjikan. Dengan NPL yang turun, perbankan yakin utang-utang nelayan dapat dikelola dengan baik. Sayangnya, nelayan tidak mendapat akses perbankan.

Dia memperkirakan, 20 persen nelayan Indonesia punya tabungan. Namun hanya separuh dari jumlah tersebut yang bisa memanfaatkan fasilitas pinjaman.

Menurut dia, banyak nelayan yang belum bergabung dengan koperasi. Padahal pemerintah lebih mudah memberdayakan nelayan jika mereka bergabung dalam koperasi. Nelayan memang menemui kendala dalam hal ini, yakni mahalnya biaya notaris saat membentuk koperasi dan sulitnya mengumpulkan nelayan dalam satu badan.

"Tidak gampang karena kadang dua kelompok yang berkompetisi di laut harus bergabung dalam satu koperasi," tuturnya.



ALI HIDAYAT


Berita terkait

International Golo Mori Jazz 2024 Padukan Musik dengan Keindahan Laut dan Bukit

6 hari lalu

International Golo Mori Jazz 2024 Padukan Musik dengan Keindahan Laut dan Bukit

Penonton International Golo Mori Jazz 2024 bisa menikmati musik jazz di antara keindahan pantai dan bukit di Golo Mori, Manggarai Barat.

Baca Selengkapnya

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

11 hari lalu

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.

Baca Selengkapnya

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

14 hari lalu

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.

Baca Selengkapnya

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

14 hari lalu

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

18 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

19 hari lalu

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

Bareskrim Polri menangkap lima tersangka tindak pidana narkotika saat hendak menyeludupkan 19 kg sabu dari Malaysia melalui Aceh Timur.

Baca Selengkapnya

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

25 hari lalu

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

29 hari lalu

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

37 hari lalu

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

Menteri KKP Wahyu Sakti Trenggono menyerahkan dua kapal illegal fishing ke nelayan di Banyuwangi, Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Sri Mulyani Tanggapi Ramai Barang Bawaan ke Luar Negeri, THR Jokowi dan Ma'ruf Amin

41 hari lalu

Terpopuler: Sri Mulyani Tanggapi Ramai Barang Bawaan ke Luar Negeri, THR Jokowi dan Ma'ruf Amin

Berita terpopuler bisnis pada Senin, 25 Maret 2024, dimulai dari respons Sri Mulyani Indrawati soal ramai pembahasan barang bawaan ke luar negeri.

Baca Selengkapnya