TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Juda Agung mengatakan, hingga pekan ketiga bulan ini, inflasi mencapai 0,1 persen. "Ini biasa karena habis deflasi bulan lalu. Inflasi 0,1 persen kan kecil," kata Juda saat ditemui di Grand Hyatt, Jakarta Pusat, Selasa, 24 Mei 2016. Pada Mei 2015, inflasi bulanan mencapai 0,5 persen.
Juda menilai, inflasi tersebut terjadi karena harga-harga barang mulai naik menjelang puasa dan Lebaran. Tapi, menurut dia, fenomena itu harus dikendalikan. "Tahun lalu kan bagus, bisa dikendalikan," tutur Juda, menjelaskan.
Tahun ini, kata Juda, pengendalian serupa akan diterapkan oleh pemerintah. Hal itu dimaksudkan agar harga-harga barang tetap stabil pada Juni dan Juli mendatang. "Dengan semua upaya pemerintah, baik di pusat maupun daerah, dikerahkan untuk mengendalikan harga agar tidak naik," katanya.
Pada April lalu, Badan Pusat Statistik merilis, terjadi deflasi 0,45 persen dibandingkan dengan Maret lalu, yang mengalami inflasi 0,19 persen. Deflasi tersebut merupakan angka tertinggi yang diperoleh sejak 2000 di bulan yang sama. Angka itu hanya kalah oleh deflasi pada April 1999.
Deflasi April lalu terjadi karena adanya penurunan harga pada indeks kelompok pengeluaran, seperti kelompok bahan makanan 0,94 persen dan kelompok perumahan, meliputi air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,13 persen. Selain itu, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan turun 1,6 persen.
Pada April lain, komoditas yang mengalami penurunan harga adalah bensin, cabai merah, beras, ikan segar, dan listrik. Harga daging ayam ras, cabai rawit, telur ayam ras, kentang, serta tarif angkutan dalam dan luar kota pun ikut turun.
ANGELINA ANJAR SAWITRI
Berita terkait
LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel
5 jam lalu
Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.
Baca SelengkapnyaTak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah
15 jam lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
Baca SelengkapnyaBos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya
17 jam lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaInflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya
23 jam lalu
BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.
Baca SelengkapnyaEkonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat
3 hari lalu
Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.
Baca SelengkapnyaMeski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit
3 hari lalu
PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaBRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay
4 hari lalu
Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.
Baca SelengkapnyaSuku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti
4 hari lalu
BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaKenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit
5 hari lalu
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.
Baca SelengkapnyaBI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit
5 hari lalu
BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
Baca Selengkapnya