Atasi Masalah Sampah, Pemerintah Harus Bangun Bank Sampah

Reporter

Jumat, 6 Mei 2016 05:05 WIB

Petugas angkut memilah sampah setoran nasabah Bank Sampah di Sekeloa Bandung untuk dibawa ke bank induk, 22 Desember 2015. TEMPO/Anwar Siswadi

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Yayasan Peduli Bumi Indonesia Ananda Mustajab Latif menyarankan pemerintah membangun bank sampah untuk mengatasi persoalan sampah yang tidak mudah diurai oleh tanah.

Tampil sebagai pembicara dalam diskusi kelompok terarah (FGD) perubahan iklim bertajuk "Permasalahan dan Solusi" di Kantor Menpora, Jakarta, Rabu (4 Mei 2016), Ananda mengatakan bahwa saat ini Indonesia menjadi negara kedua di dunia yang bergantung pada plastik.

"Kalau Indonesia tak bisa menangani limbah plastik, akan berpengaruh pada perubahan iklim dunia," kata Ananda dalam diskusi yang diprakarsai Staf Ahli Menpora Bidang Politik Yuni Poerwanti itu .

Namun, lanjutnya, kalau pemerintah sudah memiliki bank sampah, maka limbah plastik bukan masalah lagi, sebagaimana di sejumlah negara Eropa.

"Di Eropa, limbah plastik bisa diurai dalam waktu singkat melalui bank sampah. Indonesia juga seharusnya segera membuat bank sampah yang tanggung jawabnya langsung ke Presiden," tukasnya.

Pada kesempatan itu Ananda juga mengkritik kebijakan pemerintah soal kantong plastik berbayar yang dinilainya terlalu kecil pengaruhnya dan salah sasaran karena yang menjadi sasaran justru plastik yang mudah diurai oleh tanah.

Menurut dia, plastik yang ada di pasar tradisional, jumlahnya sekitar 70 persen, adalah plastik yang sulit diurai sehingga seharusnya masuk dalam kebijakan pemerintah itu.

Apalagi, jenis plastik lainnya yang jelas-jelas sulit diurai, seperti plastik untuk gelas minum dan styrofoam, justru beredar luas di pasaran.

"Plastik yang susah diurai justru plastik gelas, styrofoam, dan lain-lain. Plastik jenis itu yang justru berbahaya. Kalau mau ekstrem, stop saja impor plastik," tegasnya.


Tak lanjutkan

Sementara itu Utusan Khusus Presiden Bidang Pengendalian Perubahan Iklim (UKP-PPI) Hilyatun Zakiyah meminta generasi muda tak melanjutkan gaya hidup para pendahulunya.

"Generasi muda harus memilih, apakah ingin mengikuti gaya hidup para pendahulu, membuat bumi semakin hancur atau menjalankan gaya hidup berkelanjutan," kata Lia, sapaan akrabnya.

Diakuinya, sangat sulit mengubah gaya hidup masyarakat Indonesia. Kalau para pendahulunya sudah bergantung pada plastik, maka penerusnya pun akan melakukan hal yang sama.

Sedangkan Staf Ahli Menpora Bidang Politik Yuni Poerwanti mengatakan, Indonesia merupakan bangsa yang besar yang memiliki banyak potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia.

"Itu hanya akan menjadi catatan sejarah jika pontesi tersebut disia-siakan bahkan dirusak untuk kepentingan individu atau kelompok semata," kata Yuni.

Saat ini kata dia, Indonesia masuk 10 besar negara yang berperan terhadap terjadinya pemanasan global.

"Ini bukanlah prestasi yang patut dibanggakan. Ini merupakan pekerjaan berat yang harus ditanggapi secara serius oleh seluruh elemen bangsa. Jika hal ini dibiarkan, maka bumi ini akan rusak," tandasnya seraya mengajak pemuda sebagai pelopor perubahan untuk berbuat sesuatu untuk menyelamatkan bumi.

Pemerintah melalui Kemenpora menanggapi perubahan iklim ini dengan serius melalui gerakan nasional penanaman pohon yang dilakukan dalam rangka peringatan Sumpah Pemuda Ke-87 tahun 2015 di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, yang mengangkat tema " Revolusi Mental untuk Kebangkitan Pemuda".

Hadir pada kesempatan itu antara lain perwakilan dari Kemendikbud, Kemenristek-Dikti, Kemenag, Kemen LHK, Pertamina Foundation.

"Ini merupakan bukti bahwa pemerintah bersama dunia usaha dan masyarakat duduk bersama untuk peduli menyelamatkan bumi dari perubahan iklim yang tak terkendali," katanya.



ANTARA

Berita terkait

Undip dan Brin Kembangkan Pendeteksi Logam Berat dalam Limbah Industri

26 Oktober 2023

Undip dan Brin Kembangkan Pendeteksi Logam Berat dalam Limbah Industri

BRIN dan Universitas Diponegoro (Undip) menjalin kolaborasi riset untuk pengembangan metode alternatif pendeteksi logam di limbah industri.

Baca Selengkapnya

Cerita Warga Bekasi Kena Penyakit Kulit karena Air PAM, Sempat Dikira Sebab Udara Kotor

19 September 2023

Cerita Warga Bekasi Kena Penyakit Kulit karena Air PAM, Sempat Dikira Sebab Udara Kotor

Menurut pelanggan Perumda Tirta Patriot itu, banyak warga Bekasi yang juga mengalami penyakit kulit karena air PAM, selain dirinya.

Baca Selengkapnya

Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri Hitam dan Bau, Suplai Air PAM 40 Ribu Pelanggan Sudah 3 Hari Terhenti

15 September 2023

Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri Hitam dan Bau, Suplai Air PAM 40 Ribu Pelanggan Sudah 3 Hari Terhenti

Akibat suplai air PAM terhenti 3 hari, warga Bekasi terpaksa beli air isi ulang dan tidak mandi untuk menghemat air.

Baca Selengkapnya

Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri, Suplai Air PAM Warga Terganggu

11 Agustus 2023

Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri, Suplai Air PAM Warga Terganggu

Perumda Tirta Patriot mengambil air Sungai Kalimalang sebagai penetral untuk dicampur dengan air baku Kali Bekasi.

Baca Selengkapnya

Mengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri

30 November 2022

Mengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri

Limbah B3 dibagi menjadi limbah elektronik dan fashion. Hal ini menjadi permasalahan utama yang akan menyerang kondisi manusia dan lingkungan dalam keseharian.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ribu Ikan Bandeng Nelayan Semarang Mati, Diduga Tercemar Limbah Industri

6 Juli 2022

Ratusan Ribu Ikan Bandeng Nelayan Semarang Mati, Diduga Tercemar Limbah Industri

Warga menduga kematian ikan bandeng di keramba tersebut akibat limbah dari Kawasan Industri Lamicitra.

Baca Selengkapnya

Grup MIND ID Uji Coba Aplikasi Pengelola Limbah Tambang

31 Maret 2022

Grup MIND ID Uji Coba Aplikasi Pengelola Limbah Tambang

Aplikasi MASTERMINE diharapkan dapat menghasilkan nilai efisiensi 10-20 persen dari total biaya pengolahan air limbah tambang.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Universitas Brawijaya Riset Bulu Ayam Penyerap Limbah Industri Tekstil

29 Juli 2021

Mahasiswa Universitas Brawijaya Riset Bulu Ayam Penyerap Limbah Industri Tekstil

Pengelolaan limbah cair tekstil pascaproduksi ditujukan untuk menghilangkan atau mereduksi kadar bahan pencemar sehingga limbah cair industri memenuh

Baca Selengkapnya

KLHK Ungkap Penyebab 59 Persen Sungai di Indonesia Tercemar Berat

28 Juli 2021

KLHK Ungkap Penyebab 59 Persen Sungai di Indonesia Tercemar Berat

KLHK menuturkan 59 persen sungai di Indonesia masih dalam kondisi tercemar berat.

Baca Selengkapnya

Dua Anggota Ormas Nyaris Bentrok di Tambun Bekasi

2 Juni 2021

Dua Anggota Ormas Nyaris Bentrok di Tambun Bekasi

Diduga, kedua ormas itu berselisih soal pengelolaan limbah industri otomotif di sana.

Baca Selengkapnya