LIPSUS: Agar RI Tahan Banting Diterpa Krisis Ekonomi Global  

Reporter

Editor

Anton Septian

Rabu, 4 Mei 2016 11:54 WIB

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Jakarta - Upaya pemerintah Presiden Joko Widodo menggenjot perekonomian lumayan berat. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan perekonomian Indonesia sepanjang 2015 mengalami serangkaian tekanan eksternal, dari pemulihan ekonomi Amerika Serikat yang mulai membaik hingga perlambatan di Cina.

Khusus perlambatan di Cina dampaknya cukup terasa, yaitu merosotnya harga komoditas yang mengganggu kinerja ekspor Indonesia. "Struktur ekspor Indonesia lebih berbasis sumber daya alam," kata Agus di gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis, 28 April 2016. Dengan demikian, menurunnya harga komoditas ikut memperlambat perekonomian Indonesia.

Indonesia, Agus melanjutkan, termasuk negara berkembang yang stabil kala menghadapi gelombang pelemahan ekonomi global. Salah satu indikatornya ialah ada pertumbuhan ekonomi yang tetap terjaga di 4,7 persen dan terkendalinya inflasi pada posisi 4 persen. "Nilai tukar rupiah juga mulai terkendali," ucapnya.

Ke depan, Agus menekankan pentingnya meneruskan reformasi struktural yang tengah berjalan. Reformasi struktural yang dimaksud ialah peluncuran paket kebijakan ekonomi pada sektor riil serta koordinasi antara sektor fiskal dan moneter. Kebijakan makro ekonomi, dia melanjutkan, mesti diterapkan secara konsisten, hati-hati, dan tepat waktu.

Khusus pada sektor industri, Agus berharap pemerintah melanjutkan reformasi struktural pada bidang ketahanan pangan, energi, dan air. Pasalnya, masih ada persoalan dalam hal peningkatan produktivitas pertanian. Bank Indonesia menilai ketersediaan pangan penting agar inflasi stabil. Begitu juga dengan industri nasional yang harus segera memulai hilirisasi. "Kalau dibiarkan akan cenderung tergerus oleh kekuatan ekonomi baru di kawasan," ujar mantan Menteri Keuangan itu.

Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kementerian Perekonomian Edy Putra Irawady sebelumnya mengatakan industri nasional sedang bermasalah. Permasalahan itu diakibatkan lilitan birokrasi dan aturan. Di sisi lain, industri manufaktur nasional belum mengarah pada peningkatan nilai tambah. "Barang yang diekspor masih berupa barang "pemberian" Tuhan (hasil sumber daya alam)," tuturnya.

Karena itu, pemerintah meluncurkan paket kebijakan ekonomi yang saat ini sudah mencapai selusin. Tujuannya, selain untuk meredam perlambatan ekonomi global, juga agar industri nasional mempunyai daya saing.

ADITYA BUDIMAN

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

2 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

2 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

3 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

5 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

6 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

6 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

6 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

7 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

7 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

7 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya