Masyarakat Gianyar Gelar Tradisi Unik Siat Sampian  

Reporter

Senin, 25 April 2016 11:52 WIB

Sekelompok wanita umat Hindu membawa Sampian atau sesaji sambil menari-nari dalam ritual Mesiat Sampian di Pura Samuan Tiga, Ginayar, Bali, 6 Mei 2015. TEMPO/Johannes P. Christo

TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Gianyar kembali menggelar tradisi unik, yakni perang-perangan menggunakan janur, atau disebut Siat Sampian, di area Pura Samuan Tiga, Gianyar. Tradisi yang diselenggarakan tiga hari setelah Puncak Karya Pujawali Pura Samuan Tiga ini menjadi simbol memerangi kejahatan atau adharma. Tradisi ini melibatkan orang laki-laki yang disebut parekan, dan kaum perempuan yang disebut permas.

Prosesi Siat Sampian diawali dengan Nampyog, yakni para permas sebanyak 60 orang berjalan mengelilingi halaman madnya mandala pura sambil menari sederhana atau disebut Tari Sutri. Nampyog dilakukan selama tiga kali, dan gerakannya selalu berubah. Selama berkeliling, pinggang permas diikatkan selembar selendang putih secara sambung-menyambung oleh para permas di barisan berikutnya atau disebut proses Ngober.

Seusai prosesi Ngober, para laki-laki melakukan maombak-ombakan, yakni para parekan saling berpegangan satu sama lain mengelilingi halaman pura. Parekan berjumlah 360 orang yang saling berpegangan ini berputar selama tiga kali disertai dengan teriakan-teriakan seperti orang kesurupan. Mereka pun berusaha memegangi bangunan suci yang ada di pura.

Prosesi ini disertai dengan tetabuhan yang menambah semangat parekan dan permas untuk memulai Siat Sampian. Puncaknya, para parekan saling lempar sampian yang sudah disiapkan. Mereka kemudian saling pukul serta melempar sebagai simbol perang dengan menggunakan janur selama lebih-kurang 15 menit.

Ketua Paruman Pura Samuan Tiga I Wayan Patera menjelaskan, Siat Sampian hanya boleh diikuti oleh parekan dan permas yang dimaknai penyucian bhuwana agung dan bhuwana alit. Adapun perang tersebut digambarkan sebagai pertarungan antara dua kekuatan berbeda, yakni kebaikan dan keburukan, dan yang menang pada akhirnya adalah kebenaran.

"Seusai Siat Sampian, semua parekan masiram di beji yang mempunyai makna penyucian diri, dan malam harinya dilaksanakan Pangeremekan Karya," ujarnya, Minggu, 24 April 2016.

I Wayan memaparkan, sampian dipilih sebagai alat perang-perangan karena merupakan bagian ujung dari dangsil atau sarana upacara yang terbuat dari pohon palegantung (kecuali kelapa), yang dipersembahkan para parekan. Selain itu, sampian merupakan lambang senjata milik Dewa Wisnu yang digunakan untuk memerangi adharma atau kejahatan dari muka bumi.

BISNIS.COM

Berita terkait

Mahasiswa STIP Jakarta Meninggal Dianiaya Senior, Mengapa Budaya Kekerasan di Kampus Terus Terulang?

1 jam lalu

Mahasiswa STIP Jakarta Meninggal Dianiaya Senior, Mengapa Budaya Kekerasan di Kampus Terus Terulang?

Seorang mahasiswa STIP Jakarta meninggal setelah dianiaya oleh seniornya. Lalu, mengapa budaya kekerasan itu terus terulang?

Baca Selengkapnya

Cara Perpustakaan Pikat Pembaca Muda

1 hari lalu

Cara Perpustakaan Pikat Pembaca Muda

Sejumlah perpustakaan asing milik kedutaan besar negara sahabat di Jakarta berbenah untuk menarik lebih banyak anak muda, khususnya generasi Z.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dukung Rencana Touring Kebudayaan

13 hari lalu

Bamsoet Dukung Rencana Touring Kebudayaan

Bamsoet mendukung rencana touring kebudayaan bertajuk "Borobudur to Berlin. Global Cultural Journey: Spreading Tolerance and Peace".

Baca Selengkapnya

Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

17 hari lalu

Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

Museum Sasta Hong Kong akan dibuka pada Juni

Baca Selengkapnya

Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

52 hari lalu

Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

Indonesia dan Jerman menandatangani Pernyataan Kehendak Bersama untuk meningkatkan dan mempromosikan hubungan budaya kedua negara.

Baca Selengkapnya

3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

8 Maret 2024

3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

Menjelang Ramadan, masyarakat di sejumlah daerah kerap melakukan berbagai tradisi unik.

Baca Selengkapnya

Terkini: Anies dan Ganjar Kompak Sindir Politisasi Bansos di Depan Prabowo, Ide BUMN Jadi Koperasi Pengamat Sebut Pernyataannya Dipelintir

5 Februari 2024

Terkini: Anies dan Ganjar Kompak Sindir Politisasi Bansos di Depan Prabowo, Ide BUMN Jadi Koperasi Pengamat Sebut Pernyataannya Dipelintir

Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan kompak menyindir politisasi bantuan sosial atau Bansos di depan Prabowo Subianto dalam debat Capres terakhir.

Baca Selengkapnya

Prabowo Janjikan Dana Abadi Budaya, RI Sudah Punya Anggaran Rp 2 Triliun di APBN

5 Februari 2024

Prabowo Janjikan Dana Abadi Budaya, RI Sudah Punya Anggaran Rp 2 Triliun di APBN

Segini besar anggaran dana abadi budaya yang sudah dikantongi Kementerian Keuangan sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Debat Capres Usung Tema Kebudayaan, Apa Harapan Budayawan, Pekerja Seni, dan Sastrawan?

2 Februari 2024

Debat Capres Usung Tema Kebudayaan, Apa Harapan Budayawan, Pekerja Seni, dan Sastrawan?

Debat capres terakhir, 4 Februari 2024 salah satunya mengusung tema kebudayaan. Begini harapan budayawan, pekerja seni, dan sastrawan?

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Janjikan Yogyakarta sebagai Kancah Baur Budaya dalam Desak Anies, Ini Artinya

24 Januari 2024

Anies Baswedan Janjikan Yogyakarta sebagai Kancah Baur Budaya dalam Desak Anies, Ini Artinya

Anies Baswedan janji kepada warga Desak Anies di Rocket Convention Hall, Sleman, Yogyakarta. Anies menjanjikan Yogyakarta menjadi Kancah Baur Budaya.

Baca Selengkapnya