Ini Alasan Dewan Gubernur BI Turunkan BI Rate

Kamis, 17 Maret 2016 21:35 WIB

TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengungkapkan alasan Dewan Gubernur BI menurunkan BI Rate menjadi 6,75 persen. Menurut dia, ruang pelonggaran kebijakan moneter masih terbuka lebar. Stabilitas makroekonomi pun, kata dia, masih terjaga.


"Khususnya karena terus menurunnya tekanan inflasi pada 2016 dan 2017," kata Tirta di Gedung Thamrin, Kompleks Bank Indonesia, Kamis 17 Maret 2016.

Tirta juga mengatakan, ketidakpastian pasar keuangan global semakin mereda. Hal itu terjadi karena terdapat kemungkinan naiknya suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed yang lebih bertahap. Pada 16 Maret kemarin, target suku bunga Fed Fund Rate (FFR) sebesar 0,25-0,50 persen dipertahankan. "FFR diperkirakan baru akan meningkat di semester 2016 dengan besaran kenaikan yang lebih rendah," tuturnya.

Kebijakan suku bunga negatif di Jepang dan Uni Eropa, ujar Tirta, juga meredakan ketidakpastian keuangan global. Masih lemahnya prospek perekonomian dan rendahnya inflasi di Eropa dan Jepang mendorong Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Jepang terus melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter. "Baik melalui injeksi likuiditas maupun kebijakan suku bunga negatif.”

Pertumbuhan ekonomi domestik pada triwulan I 2016, kata Tirta, juga berpotensi membaik ditopang oleh konsumsi dan investasi pemerintah. "Pada triwulan I, belanja modal pemerintah year on year (yoy) 300 persen, sementara itu belanja barang pemerintah yoy 60 persen,” ucapnya.

Indeks keyakinan konsumen juga membaik. “Hal-hal tersebut membuat pertumbuhan triwulan I di atas 5,1 persen," ujar Direktur Eksekutif Kebijakan Moneter BIYudha Agung Agung Agung Agung menambahkan.

Selain itu, menurut Tirta, neraca perdagangan pada Februari juga surplus, yakni sebesar US$ 1,15 miliar. Peningkatan tersebut, kata dia, ditopang oleh kenaikan surplus neraca non migas, seperti ekspor perhiasan dan produk-produk dari besi dan baja. Neraca migas pun tercatat surplus setelah pada bulan lalu defisit. "Kami perkirakan, defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan I sedikit lebih baik, sekitar 2,6-2,7 persen," ujar Yudha.

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada hari ini memutuskan menurunkan tingkat suku bunga acuan Bank Sentral (BI Rate) ke level 6,75 persen atau turun 25 basis poin (bps). Suku bunga Deposit Facility juga turun menjadi 4,75 persen dan suku bunga Lending Facility turun menjadi 7,25 persen. Keputusan itu sendiri diambil menyusul masih terbukanya ruang pelonggaran kebijakan moneter yang sejalan dengan terjaganya stabilitas makroekonomi.

ANGELINA ANJAR SAWITRI

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

1 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

1 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

2 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

2 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

3 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

4 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

4 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

5 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

5 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya