TEMPO.CO, Jakarta - Investor Relations PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk Johanes Wahyudi Edward mengatakan pihaknya akan menyiapkan dana US$ 40 juta atau sekitar Rp 537 miliar untuk berekspansi tahun ini. "Mayoritas untuk membangun gudang," ucapnya di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 25 Februari 2016.
Johanes menjelaskan, proporsi pembiayaan infrastruktur gudang berasal dari dua sumber, yaitu bank dan internal kas. Namun, ujar dia, ada dua hal yang sempat membuat Spindo rugi Rp 120 miliar tahun lalu. Dua hal itu adalah kondisi makroekonomi dan volatilitas nilai tukar rupiah.
Johanes mengharapkan volatilitas nilai rupiah bisa berkurang 50 persen untuk meningkatkan margin keuntungan perusahaan. Sebab, Steel Pipe adalah pengguna sektor industri baja hulu yang berisiko tertekan gejolak nilai tukar. Penurunan harga baja di Cina yang mencapai 40 persen bisa menurunkan harga baja dalam negeri sebesar 20 persen.
Pada 2016, Steel Pipe akan membangun gudang di Sulawesi. Selain itu, Johanes berencana membangun pelabuhan-pelabuhan kecil untuk memudahkan transportasi produk. Saat ini pabrik baja juga didirikan di Karawang. Ia menargetkan pertumbuhan laba 100 persen tahun ini.
Johanes menuturkan, pada 2015, perusahaan membukukan laba sebesar Rp 150 miliar, sementara tahun ini laba ditargetkan mencapai Rp 300 miliar. Ia mengklaim menguasai pasar baja nasional. Bahkan perusahaan sudah mengekspor baja ke Australia, Kanada, dan Amerika, meski hanya 3 persen dari total kapasitas produksi 588 ribu ton. Perusahaan menargetkan efisiensi sebesar 10 persen setiap tahun.
2022, Kimin Tanoto Optimistis Kinerja Industri Baja Meningkat
17 Desember 2021
2022, Kimin Tanoto Optimistis Kinerja Industri Baja Meningkat
Banyak faktor turut mempengaruhi kinerja industri baja pada 2022. Mulai dari pertumbuhan ekonomi dunia hingga rencana pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur.