Turunkan Suku Bunga Perlahan, Bukti BI Sulit Diintervensi

Reporter

Editor

andi.Ibnu

Minggu, 21 Februari 2016 19:45 WIB

Ilustrasi Bank Indonesia (BI). TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia selama dua bulan berturut-turut menurunkan suku bunga acuan negara 25 basis poin dari 7,5 persen menjadi tujuh persen. Namun, penurunan tersebut jauh dari imbauan Wakil Presiden Jusuf Kalla sebesar lima persen.

"Berarti keputusan BI murni keputusan internal, tidak ada campur tangan lain," ujar Staff Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang Ekonomi dan Pembiayaan Pembangunan, Bambang Prijambodo, Kemarin.

Menurut Bambang, BI memilih melihat perkembangan situasi perekonomian secara menyeluruh terlebih dahulu. Padahal menurut perhitungannya, saat ini setidaknya masih ada ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga 150 basis poin lagi.

Ruang penurunan, Bambang menjelaskan, datang dari komitmen pemerintah mengejar pertumbuhan lima persen dan inflasi yang terjaga 4-6 persen. "Gampangnya kurangi saja suku bunga acuan sekarang dengan ekspektasi pertumbuhan," kata dia.

Bambang yakin, BI akan menurunkan suku bunga acuannya secara bertahap dan hati-hati. Meskipun, belakangan ini nilai tukar Rupiah dan capital outflow cukup terkendali. "Sentimen dari Amerika memang agak terkendali, tapi Cina dan Jepang masih mengancam," katanya.

Setidaknya, ucap Bambang, pemerintah masih bisa memainkan instrumen fiskal seperti upaya menyerdahanakan regulasi dan insentif-insentif fiskal melalui paket kebijakan. Bambang mengatakan paket kebijakan berguna untuk meningkatkan kepercayaan investor terhadap upaya perbaikan sektor riil secara perlahan. "Kalau bunga turun pesat, tapi sektor riil yang tak sehat justru tak baik bagi sektor keuangan nantinya," katanya.

Bambang merujuk pada terus turunnya harga komoditas dan minyak dunia sepanjang tahun lalu karena minimnya permintaan akibat pelemahan sektor riil dunia. Bahkan, komoditas karet saat ini permintaannya sangat jeblok karena lesunya industri yang berhubungan dengan karet.

Turunnya suku bunga acuan biasanya diikuti dengan pelonggaran Giro Wajib Minimum. Kepala ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual mengatakan turunnya suku bunga dan GWM yang berlebihan dapat meningkatkan potensi kredit macet (non performing loan) sektor keuangan. "Memang baru terasa efeknya tiga atau empat tahun, karenanya peningkatan daya saing dan efisiensi sektor keuangan harus tetap dilakukan," katanya.

ANDI RUSLI | FAIZ NASHRILLAH

Berita terkait

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

51 menit lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

2 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

2 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

3 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

3 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

4 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

5 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

5 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

6 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

6 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya