Mantan Dirjen PU Kritik Proyek Bendungan Jokowi  

Reporter

Senin, 1 Februari 2016 17:09 WIB

Petani berjalan disungai usai memperbaiki kincir air di Sungai Citanduy, Kampung Sukasirna, Tasimalaya, Jawa Barat, 12 Juli 2015. Kincir air yang dibuat hasil swadaya para petani ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengairan sawah saat musim kemarau. TEMPO/Aditya Herlambang Putra

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum periode 2005-2007, Siswoko, mengkritik beberapa rencana pembangunan waduk dan bendungan yang dilakukan pemerintah Presiden Joko Widodo. Dia mengatakan para mantan pegawai Proyek Citanduy dan Proyek Ciliwung-Cisadane menemukan beberapa kejanggalan dalam perencanaan pembangunan waduk dan bendungan tersebut.

Dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada Senin, 1 Februari 2016, Siswoko mengungkapkan bahwa salah satu bendungan yang perencanaannya salah adalah Bendungan Leuwikeris di Sungai Citanduy. Menurut dia, waduk tersebut hanya akan berfungsi sebagai penampung lumpur atau sedimen, bukan untuk menampung air, layaknya waduk-waduk lain.

Menurut Siswoko, waduk dengan volume total sebesar 67 juta meter kubik itu diperkirakan dapat menampung air sebanyak 55 juta meter kubik dan lumpur atau sedimen sebanyak 12 juta meter kubik. Tapi, apabila dihitung dengan benar, volume lumpur atau sedimen yang masuk ke waduk dapat mencapai 120 juta meter kubik atau dua kali lipat volume total waduk. “Masyarakat membutuhkan air, bukan lumpur. Sudah selayaknya rencana pembangunan Bendungan Leuwikeris dibatalkan,” ujarnya.

Pembangunan Bendungan Ciawi di Sungai Ciliwung, menurut Siswoko, juga sangat diragukan manfaatnya. Dia berujar Waduk Ciawi, yang diperuntukkan bagi penurunan puncak banjir Sungai Ciliwung di Jakarta, sangat tidak bermanfaat. “Karena letaknya yang terlalu jauh dari Jakarta dan terdapat lima anak sungai utama pemasok air banjir di hilir Waduk Ciawi. Biaya pembangunannya juga sangat besar,” tuturnya.

Siswoko pernah berupaya mengingatkan teman-temannya yang bertugas di proyek-proyek itu. Namun dia belum berhasil mengubah keputusan mereka untuk tetap membangun bendungan-bendungan tersebut. Dia khawatir, apabila hal itu dibiarkan, pembangunan bendungan-bendungan itu justru akan merusak citra Jokowi sebagai penggagasnya. “Apalagi Teten Masduki menyatakan proyek pemerintah yang salah sasaran adalah korupsi. Membuat proyek fisik secara sembarangan dan salah sasaran sama buruknya dengan korupsi,” ujarnya.

Siswoko menyatakan sangat mendukung program pemerintah, termasuk pembangunan waduk dan bendungan. Tapi, sebelum bendungan dibangun, pembangunannya harus melewati kajian yang baik dan benar. “Yang mencakup aspek teknis, ekonomis, dan lingkungan agar bendungan benar-benar layak dan bermanfaat untuk masyarakat,” katanya.

ANGELINA ANJAR SAWITRI

Berita terkait

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

25 menit lalu

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

3 jam lalu

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

Timnas Indonesia U-23 akan menghadapi Guinea di laga playoff Olimpiade Paris 2024 pada Kamis, 9 Mei mendatang.

Baca Selengkapnya

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

13 jam lalu

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

Justru, kata Muzani, Presiden Jokowi lah yang mendorong terselenggaranya pertemuan antara Prabowo dan Megawati.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

13 jam lalu

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

Pengamat Politik Adi Prayitno menilai pembentukan presidential club memiliki dua tujuan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

15 jam lalu

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

Salah satu poin penting dalam UU Desa tersebut adalah soal masa jabatan kepala desa selama 8 tahun dan dapat dipilih lagi untuk periode kedua,

Baca Selengkapnya

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

19 jam lalu

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

Beleid itu menyatakan uang pensiun sebagai salah satu hak kepala desa. Namun, besaran tunjangan tersebut tidak ditentukan dalam UU Desa.

Baca Selengkapnya

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

20 jam lalu

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

Panel Barus, mengatakan setelah Ganjar-Mahfud meraih suara paling rendah, PDIP cenderung menyalahkan Jokowi atas hal tersebut.

Baca Selengkapnya

Respons Jokowi hingga Luhut Soal Komposisi Kabinet Prabowo

22 jam lalu

Respons Jokowi hingga Luhut Soal Komposisi Kabinet Prabowo

Jokowi mengatakan dia dan pihak lain boleh ikut berpendapat jika dimintai saran soal susunan kabinet Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Sorotan Media Asing Soal Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora , Apa Alasan dan Syaratnya?

23 jam lalu

Sorotan Media Asing Soal Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora , Apa Alasan dan Syaratnya?

Menkomarinves Luhut Pandjaoitan buka kemungkinan kewarganegaraan ganda untuk diaspora. Apa saja alasan dan syaratnya?

Baca Selengkapnya

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

23 jam lalu

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

Pemerintah akhirnya mengesahkan UU Desa terbaru yang telah diteken Jokowi dan diwacanakan perubahannya sejak Mei 2022. Apa saja aturan barunya?

Baca Selengkapnya