Seorang karyawan mengamati pergerakan angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 2 November 2015. ANTARA FOTO
TEMPO.CO, Jakarta - Analis ekonomi dari First Asia Capital, David Sutyanto, mengatakan harga minyak yang kembali turun di angka US$ 29,77 per barel akan menjadi sentimen negatif laju indeks harga saham gabungan hari ini. "IHSG diperkirakan bergerak bervariasi cenderung tertekan pada posisi 4.470-4.525," ucap David Sutyanto dalam siaran tertulisnya pada Selasa, 26 Januari 2016.
Pasar saham global tadi malam kembali tertekan akibat harga minyak mentah yang kembali drop hingga 7,5 persen di US$ 29,77 per barel. Indeks saham seperti Eurostoxx di kawasan Euro koreksi 0,71 persen di 3.001,78. Indeks DJIA dan S&P di Wall Street masing-masing koreksi 1,29 persen dan 1,56 persen di 15.885,22 dan 1.877,08.
Saham-saham sektor energi menjadi penekan pasar saham global tadi malam. Selain faktor harga minyak mentah, pasar global saat ini tengah menanti kebijakan tingkat bunga FFR menyusul pertemuan The Fed pertengahan pekan ini.
Padahal kemarin IHSG pada perdagangan awal pekan melanjutkan penguatan dari penutupan akhir pekan lalu seiring dengan rendahnya risiko pasar global dan kawasan. IHSG ditutup menguat hingga 49 poin atau 1,1 persen di 4.505,788. Menurut David, Ini merupakan posisi penutupan IHSG tertinggi sepekan terakhir.
Saat bersamaan, indeks The MSCI Asia-Pacific kemarin menguat 1,1 persen. Selain itu, pelaku pasar merespons positif rencana sejumlah bank sentral utama dunia yang akan melanjutkan kebijakan pelonggaran moneter. Bank sentral Eropa (ECB) pekan lalu menjanjikan program stimulus lanjutan pada pertemuan Maret mendatang. Sedangkan bank sentral Cina (PBoC) diperkirakan kembali memotong tingkat bunganya.
Dari domestik, risiko capital outflow terlihat rendah kemarin setelah asing mencatatkan nilai pembelian bersih hingga Rp 370 miliar setelah selama tiga pekan pertama Januari ini arus dana asing keluar dari pasar mencapai Rp 3,9 triliun.
Pasar juga merespons positif keinginan Bank Indonesia melanjutkan program pelonggaran likuiditas. Penguatan IHSG kemarin terutama ditopang saham sektoral yang sensitif interest rate, seperti saham sektor otomotif Astra International Tbk (ASII) dan sejumlah saham emiten perbankan.