Permintaan Perdana KEIN pada Jokowi: Turunkan BI Rate

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Rabu, 20 Januari 2016 19:04 WIB

Sejumlah teller melayani nasabah saat melakukan transaksi di cabang Bank Mandiri Cikini, Jakarta, 21 Juli 2015. Bank Mandiri mengoperasikan 270 cabang pada cuti bersama Hari Raya Idul Fitri 1436 H yaitu pada 16, 20 dan 21 Juli 2015 untuk memberikan layanan perbankan terbatas. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota KEIN Hariyadi Sukamdani mengatakan, untuk mengakselerasi upaya industrialisasi, dibutuhkan kebijakan suku bunga perbankan yang kompetitif. Selama ini, tingginya bunga masih jadi kendala utama industri yang belum kunjung terselesaikan.

Ketika melantik anggota komite ini, Rabu pagi, 20 Januari 2016, Presiden Joko Widodo meminta Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) membuat peta jalan untuk mendorong industrialisasi, baik dalam jangka pendek, menengah maupun panjang, agar memiliki daya saing secara nasional, regional, dan internasional.

Desakan untuk penurunan suku bunga itu disampaikan oleh Hariyadi dalam forum diskusi antara KEIN dan Presiden Jokowi di Istana Merdeka Jakarta, Rabu, 20 Januari 2016. Diskusi itu berlangsung beberapa saat setelah KEIN dilantik oleh Presiden Jokowi.

"Kalau bisa turun cost-nya akan mendorong industri menjadi kompetitif. Anda bayangkan negara kompetitor kita suku bunganya single digit semua, kita bertahun-tahun di atas 10 persen kan double digit terus," ujar Hariyadi seusai mengikuti pertemuan dengan Presiden.

Ketua Umum Apindo itu menambahkan tingginya suku bunga bank di Indonesia disebabkan oleh margin yang diambil terlalu besar. Alasan bank menerapkan suku bunga tinggi, kata Hariyadi, dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya biaya tinggi, inflasi tinggi, country risk, dan overhead tinggi.

Alhasil, suku bunga pun belum kunjung turun meskipun inflasi sudah berada di level 3,35 persen. Penurunan BI rate 25 basis poin menjadi 7,25 persen pun dirasa masih terlalu tinggi. Hariyadi berkeyakinan suku bunga acuan masih bisa di level 6,25 persen.

"Inflasi sudah 3,35 persen, dia--BI Rate--masih bertengger di 7,25 persen turun 25 basis poin, kalau keyakinan saya 6,25 persen juga berani. Alasan BI untuk jaga rupiah, tidak ada urusannya. Rupiah ditentukan oleh kondisi global, lebih kepada nonteknis. Begitu The Fed tidak jadi bulan Oktober, tiba-tiba turun sendiri," ujar Hariyadi.

Ia juga menyarankan dalam forum dengan Presiden tersebut agar Bank Indonesia lebih baik memikirkan sektor riil dengan memberikan pembiayaan yang rendah karena saat ini perbankan masih jadi sumber utama pelaku industri.

"Kita konsen benar membuat biaya perbankan kita rendah karena perbankan sekarang paling utama. Kita belum ada pendalaman, sektor keuangan masih terbatas. Semua masih mengandalkan bank. Jadi ini salah satu yang harus kita harapkan. Satu rekomendasi kerja bareng kita betul-betul mengendalikan bank, menurut saya mungkin.”

BISNIS.COM

Berita terkait

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

9 hari lalu

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia buka suara soal dominasi penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing ke sektor hilirisasi di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

9 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

Meski Sama-sama Entitas Perbankan Ketahui 6 Perbedaan BPR dan Bank Umum

18 hari lalu

Meski Sama-sama Entitas Perbankan Ketahui 6 Perbedaan BPR dan Bank Umum

Bank perkreditan rakyat (BPR) dan bank umum merupakan dua entitas keuangan yang memberikan layanan perbankan. Apa perbedan keduanya?

Baca Selengkapnya

OJK Cabut Izin Usaha 10 BPR hingga April 2024, Ini Sebabnya

18 hari lalu

OJK Cabut Izin Usaha 10 BPR hingga April 2024, Ini Sebabnya

Dalam empat bulan di 2024 ada 10 bank perkreditan rakyat (BPR) yang bangkrut dan dicabut izin usahanya oleh Otoritas Jasa Keuangan atau OJK.

Baca Selengkapnya

15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

21 hari lalu

15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

Jaringan profesional LinkedIn merilis daftar Top Companies 2024 edisi ketiga untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia Sebut 176 Ribu Orang Tukarkan Uang Baru Menjelang Idul Fitri

29 hari lalu

Bank Indonesia Sebut 176 Ribu Orang Tukarkan Uang Baru Menjelang Idul Fitri

Bank Indonesia (BI) mencatat total penukaran uang baru mencapai Rp 1,13 triliun per 3 April 2024 atau H-7 Lebaran.

Baca Selengkapnya

Bank BJB Buka Layanan Operasional Terbatas dan Weekend Banking selama Libur Lebaran

32 hari lalu

Bank BJB Buka Layanan Operasional Terbatas dan Weekend Banking selama Libur Lebaran

Selama periode libur Hari Raya Idul Fitri, Bank BJB tetap membuka beberapa jaringan kantor melalui kegiatan operasional terbatas dan layanan weekend banking.

Baca Selengkapnya

Terkini: Tol Bocimi Ambrol Penanganan Permanen Setelah Lebaran, Anggota DPR Usul Jasa Marga Buat Rest Area Fungsional

34 hari lalu

Terkini: Tol Bocimi Ambrol Penanganan Permanen Setelah Lebaran, Anggota DPR Usul Jasa Marga Buat Rest Area Fungsional

Ruas jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi atau Tol Bocimi mengalami longsor, diduga karena intensitas hujan deras pada Rabu malam

Baca Selengkapnya

BCA Umumkan Penyesuaian Jadwal Operasional selama Libur Lebaran

34 hari lalu

BCA Umumkan Penyesuaian Jadwal Operasional selama Libur Lebaran

BCA mengumumkan penyesuaian jadwal operasional kantor cabang selama periode libur Idul Fitri 2024 berdasarkan hari libur yang ditetapkan pemerintah.

Baca Selengkapnya

Restrukturisasi Kredit Berakhir, Bank Mandiri: Sebagian Debitur Terdampak Telah Masuk Tahap Normalisasi

36 hari lalu

Restrukturisasi Kredit Berakhir, Bank Mandiri: Sebagian Debitur Terdampak Telah Masuk Tahap Normalisasi

Bank Mandiri menyatakan bahwa kondisi para debiturnya yang terdampak Covid-19 telah kembali normal.

Baca Selengkapnya