Obat di Indonesia Termahal di ASEAN, Ini Dalih Menkes

Reporter

Editor

Zed abidien

Jumat, 8 Januari 2016 18:54 WIB

Menteri Kesehatan, Nila Djuwita Moeloek, melakukan sidak alat pendeteksi virus Ebola di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, 3 November 2014. Sidak tersebut dilakukan untuk memperketat masuknya virus ebola ke Indonesia melalui bandara dan pelabuhan. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat.

TEMPO.CO, Tulungagung - Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek meradang soal tudingan harga obat di Indonesia termahal di ASEAN. Dia mengklaim harga obat generik sudah 30 persen di bawah ketentuan WHO meski masih terganjal obat paten.

Menteri Nila menjelaskan pengajuan dan pembelian obat sudah dilakukan secara prosedural dan terbuka. Daftar obat yang akan dibeli mula-mula dicek terlebih dulu oleh formulatorium nasional untuk dianalisa keamanannya oleh ahli-ahli farmasi. Selanjutnya obat tersebut dimasukkan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) untuk dianalisa harga dan kualitasnya. Dan dipastikan harga obat 30 persen lebih murah dari standar WHO.

“Ini yang akan kita bongkar dan sampaikan kepada presiden,” kata Nila saat melakukan kunjungan kerja di RSUD Dr Iskak Tulungagung, Jumat 8 Januari 2016.

Seluruh daftar obat yang telah dibeli pemerintah ini juga dimasukkan dalam e-catalog lengkap dengan paket penyakitnya. Saat ini terdapat kurang lebih 1.000 daftar obat yang terpampang di katalog yang direview setiap tahunnya.

Untuk obat paten ataupun obat generik yang bermerek, Nina mengakui hingga saat ini pemerintah belum bisa menentukan besaran harga jualnya. Hal itu menjadi keputusan sepihak farmasi yang memproduksi di luar negeri. Ini lantaran farmasi dalam negeri belum mampu membuat obat-obatan paten tertentu seperti obat kanker yang masih mengandalkan perusahaan farmasi asing. Namun dia berjanji akan berupaya melakukan penawaran agar harga obat tersebut bisa dijangkau masyarakat Indonesia.

Sebelumnya Ketua Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) Muhammad Syarkawi Rauf mengatakan harga obat di Indonesia merupakan salah satu yang paling tinggi di Asia Tenggara. Menurut dia tidak adanya regulasi mengenai harga eceran tertinggi baik untuk obat generik maupun paten menjadi pemicu kemahalan ini. “Bahkan jika dibandingkan dengan Malaysia, kita masih jauh lebih mahal," kata Syarkawi usai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta bulan lalu.

Dia menganjurkan adanya kebijakan soal batasan harga eceran tertinggi, seperti penjualan obat generik bermerek yang tak lebih dari dua kali harga generiknya. Regulasi ini untuk menghindari industri obat menetapkan harganya sendiri.

HARI TRI WASONO





Berita terkait

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

4 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

7 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

9 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

13 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

13 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

23 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

Dugaan Korupsi APBDes di Tiga Desa di Tulungagung, Kejaksaan: Ada Kejutan Setelah Idul Fitri

30 hari lalu

Dugaan Korupsi APBDes di Tiga Desa di Tulungagung, Kejaksaan: Ada Kejutan Setelah Idul Fitri

Kejaksaan Negeri Kabupaten Tulungagung sedang menyelidiki kasus dugaan korupsi anggaran desa (APBDes) di sejumlah desa

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

40 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

41 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.

Baca Selengkapnya

Astra Gandeng Raline Shah Sebagai Juri Tamu di 15th SATU Indonesia Awards 2024

53 hari lalu

Astra Gandeng Raline Shah Sebagai Juri Tamu di 15th SATU Indonesia Awards 2024

Pendaftaran SATU Indonesia Awards dibuka mulai 4 Maret - 4 Agustus 2024.

Baca Selengkapnya