Sejumlah penumpang berjalan di dekat kereta cepat AVE, yang terdapat di stasiun Atocha. Sebanyak 20 kereta dan 7.000 wisatawan terpaksa tertunda keberangkatannya akibat sistem kereta yang tidak berfungsi. Madrid, Spanyol, 8 Oktober 2015. Denis Doyle / Getty Images
TEMPO.CO, Bandung- Wali Kota Bandung Ridwan Kamil bercerita tentang hasil rapat kabinet terbatas bersama Presiden Joko Widodo dan beberapa menteri untuk membahas proyek kereta cepat Jakarta-Bandung pada Senin, 4 Januari 2015.
Menurut pria yang akrab disapa Emil ini, Presiden sebenarnya ingin jarak tempuh kereta cepat bisa lebih jauh lagi. "Presiden ingin mengembangkan kereta api cepat sampai Surabaya," katanya di Balai Kota Bandung, Selasa, 5 Januari 2016.
Untuk itu, ujar dia, Presiden meminta konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia Cina melakukan studi untuk menyambung jalur kereta cepat Jakarta-Bandung hingga Surabaya. "Jadi meminta konsorsium mengkaji peluang bikin kereta api cepat Jakarta-Surabaya," ujarnya.
Ridwan Kamil menambahkan, untuk mewujudkan kereta cepat Jakarta-Surabaya, Presiden juga meminta PT Kereta Api Indonesia membuat sekitar 1.500 underpass melintasi perpotongan jalur sebidang dengan jalan raya.
"Kemudian Presiden juga meminta PT KAI menyiapkan proyek underpass di jalur existing, sehingga Jakarta-Yogya dari 8 jam bisa jadi 4 jam saja," ucapnya.
Kereta api cepat Jakarta-Bandung, tutur dia, secara ekonomi sebenarnya tidak hanya akan menguntungkan Ibu Kota dan Bandung. Menurut dia, bakal ada kota-kota baru di Jawa Barat.
"Kereta cepat ini menjadi cara melahirkan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru. Di Karawang 250 hektare, di Walini seribuan hektare, maka akan tumbuh kota-kota baru," ujarnya.