Keluarga yang tinggal di gerobak atau disebut manusia gerobakterlihat ceria saat menunggu pergantian tahun di pinggir Jalan Margonda, Depok, Rabu malam, 31 Desember 2014. Kemiskinan masih menjadi salah satu permasalahan yang masih belum dapat diatasi hingga saat ini. Tempo/Ilham Tirta.
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik merilis profil kemiskinan di Indonesia September 2015. Hasilnya, persentase penduduk miskin pada September 2015 mencapai 11,13 persen atau sebanyak 28,51 juta penduduk.
Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin mengatakan dibandingkan Maret 2015 hingga September 2015, terjadi penurunan jumlah penduduk miskin 80.000 orang. "Sementara dibanding September 2014, penduduk miskin mengalami kenaikan 0,78 persen," katanya di Kantor BPS, Jakarta, Senin 4 Desember 2015.
Menurut Suryamin, berdasarkan tren dari 2009, angka kemiskinan masih berada di antara 14-15 persen. Sedangkan pada 2012, mulai menurun di angka 11 persen. "Ini tipis banget, artinya menurunkan angka pada level 10-11 persen ini secara cepat sangat susah maka perlu strategi khusus."
Suryamin berujar, karakteristik penduduk miskin di antaranya berada di sektor pertanian. "Di sektor pertanian, sektor buruh, yang hari ini menanam, besok nganggur kalau tidak punya keahlian," katanya.
Selain itu, menurut Suryamin, sebanyak 54 persen penduduk miskin bekerja di sektor pertanian. "Faktor lain usia kepala rumah tangga sudah 50 tahunan dan pendidikannya paling tamatan SD," ujarnya.
Suryamin mengatakan jumlah anggota keluarga miskin relatif banyak, yakni 4-5 orang. "Penurunan kemiskinan perlu strategi khusus kalau pendidikannya SD perlu diapakan, kalau usia 50 tahun harus bekerja sebagai apa."
BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen
13 hari lalu
BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen
Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.