Gedung ASEAN di Jakarta.Tantangan Bahasa Indonesia di Masyarakat Ekonomi ASEANAkhir Tahun 2015 akan menjadi Tantangan besar yang akan dihadapi, menjadi bahasa regional.foto Wisnu Agung Prasetyo(Komunika Online)
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah dinilai terlambat dalam mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi mengatakan kementeriannya telah melakukan sosialisasi mengenai ASEAN Economy Community sejak lama kepada seluruh masyarakat.
“Kami sudah melakukan sosialisasi termasuk seminar di kampus-kampus. Selain itu di asosiasi-asosiasi pengusaha termasuk di Kamar Dagang dan Industri,” kata Bachrul saat dihubungi Tempo, Sabtu, 2 Januari 2015.
Namun Bachrul menyayangkan kurang efektifnya sosialisasi tersebut. Menurut dia, saat sosialisasi dilakukan banyak pengusaha yang tidak hadir dan hanya diwakili staf-staf di bawahnya saja. ”Kebanyakan yang hadir itu bukan pemimpin perusahaannya, kebanyakan stafnya, yang mungkin tidak paham.”
Sebelumnya peneliti ekonomi internasional dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pangky Tri Febiyansyah, mengatakan kurang dari 30 persen masyarakat belum memahami konsep MEA. Hal ini diambil dari penelitian yang dilakukan LIPI di 16 provinsi yang melibatkan lebih dari 2.000 responden, baik kalangan pengusaha maupun masyarakat biasa.
"Pemerintah kurang sungguh-sungguh. Ketika kami meneliti kalangan pengusaha dan pedagang serta masyarakat, mereka tidak paham, tidak tahu apa manfaat MEA," ujar Pangky saat dihubungi Tempo, 1 Januari lalu.
Menurut dia, pemahaman MEA di masyarakat penting agar Indonesia tidak hanya menjadi negara tujuan untuk barang dan pengusaha negara ASEAN lain. "Jangan sampai kita hanya basis tujuan dari barang mereka, kita hanya jadi pasar. Itu yang jadi masalah,” katanya.
Kementerian Perdagangan Sebut Sektor Penjualan Online Terbanyak Mendapat Keluhan dari Konsumen
15 hari lalu
Kementerian Perdagangan Sebut Sektor Penjualan Online Terbanyak Mendapat Keluhan dari Konsumen
Kementerian Perdagangan menyebut sektor penjualan online paling banyak dilaporkan keluhan konsumen lantaran banyak penipuan. Selain itu, Kemendag telah menutup setidaknya 223 akun yang diindikasi sebagai penipu.