TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta perbankan mengambil keuntungan dari tingginya pertumbuhan ekonomi, bukan membebani masyarakat dengan beban bunga yang menjulang.
Untuk itu, Kalla mendorong Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) pada 2016 mendatang. Dengan begitu, sektor perbankan berperan meningkatkan efisiensi produksi di negeri ini.
"Pemerintah tahun depan akan mendorong suatu pergerakan dari bawah, salah satunya mendorong sektor keuangan lebih murah," katanya dalam penutupan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu 30 Desember 2015.
Menurut dia, kemajuan sektor keuangan tercipta karena produktifitas sektor riil yang berkembang, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, pelaku perbankan harus berpikir bahwa keuntungan lebih besar akan bisa teraih dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi bukan melalui tingkat pendapatan bunga yang besar.
"Mengapa bank di Malaysia atau Singapura lebih maju, karena mereka berpikir maju bukan karena bunga tinggi tapi untuk rakyat. Kita harus ubah mindset, harus maju bersama, bukan maju sepihak," tuturnya.
Dengan menurunnya bunga perbankan, maka investor juga dipaksa mendiversifikasi dananya pada portofolio pasar modal untuk menstimulus perkembangan bursa saham.
Perdagangan saham hari ini, Rabu (30 Desember 2015) cukup baik. IHSG berhasil ditutup positif pada perdagangan saham hari terakhir, naik 0,52% atau 23,65 poin ke level 4.593,01 dari sebelumnya 4.569,36.
Penguatan IHSG terjadi pada saat bursa saham di Asia Pasifik ditutup bervariasi. Akan tetapi, mayoritas bursa saham Asia Pasifik ditutup di zona hijau pada akhir tahun.
BISNIS
Berita terkait
Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah
1 hari lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
Baca SelengkapnyaBos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya
1 hari lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaInflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya
1 hari lalu
BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.
Baca SelengkapnyaEkonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat
3 hari lalu
Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.
Baca SelengkapnyaMeski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit
4 hari lalu
PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaBRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay
4 hari lalu
Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.
Baca SelengkapnyaSuku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti
5 hari lalu
BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaHilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan
5 hari lalu
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia buka suara soal dominasi penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing ke sektor hilirisasi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit
5 hari lalu
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.
Baca SelengkapnyaBI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit
5 hari lalu
BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
Baca Selengkapnya