Direktur Utama Bulog, Djarot Kusumayakti (tengah) melihat stok beras di gudang bulog Jakarta, 27 Juni 2015. Bulog menyiapkan beras medium sebanyak 21 ribu ton untuk Operasi Pasar di Jakarta. TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengaku pernah "menimbun" beras untuk keluarganya di tengah krisis ekonomi yang diperparah dengan adanya El Nino pada 1997-1998. Ia tak ingin pengalaman pahit itu terjadi lagi di Indonesia.
Djarot bercerita, dia masih berdinas di Solo sebagai pegawai Bank Rakyat Indonesia (BRI) saat terjadi krisis ekonomi periode 1997-1998. Saat itu ia ingat harga bahan pokok naik tinggi.
Yang paling terasa, kata Djarot, adalah harga beras. Sebab, kemarau panjang akibat El Nino membuat Jawa Tengah dan banyak daerah lain dilanda paceklik. Sayangnya, tidak stabilnya kondisi politik kala itu membuat pemerintah terlambat mengantisipasi. Impor tak segera dilakukan. Akibatnya, saat beras mulai langka di pasaran, masyarakat makin panik. "Saya termasuk yang membeli beras dalam jumlah banyak, lha wong saya punya keluarga," kata pria kelahiran Yogyakarta ini.
Djarot lupa persisnya berapa jumlah dan harga beras yang dibelinya saat itu. "Yang pasti lebih banyak dari biasanya," ujar bapak dua anak ini.
Terjadinya kepanikan di masyarakat itu membuat permintaan beras makin tinggi. Saat akhirnya pemerintah mengimpor beras pada 1998, masyarakat sudah tak terkendali. Berapa pun jumlah beras yang digelontorkan ke pasar langsung terserap habis. Alhasil, angka impor mencapai 7 juta ton. Padahal saat itu terjadi krisis ekonomi dan kurs rupiah sedang lemah.
Kini, sebagai bos Bulog yang bertanggung jawab mengurusi stok beras di dalam negeri, Djarot tak ingin pengalaman itu berulang. Pemerintah, termasuk Bulog sebagai operator, harus memastikan bahwa stok beras aman. "Agar jangan lagi terjadi panic buying seperti dulu," tuturnya. Apalagi ada perhitungan yang menyebut El Nino tahun ini hampir sama dengan yang terjadi pada 1997.
Djarot menilai keputusan pemerintah untuk mengimpor beras tahun ini sudah tepat karena dapat menambah stok beras Bulog. Dengan tambahan 227 ribu ton beras Vietnam yang sudah didatangkan, beras cadangan Bulog kini 1,3 juta ton.
Bulog masih akan terus mendatangkan beras asal Vietnam hingga mencapai 1 juta ton sesuai izin pemerintah. Bagaimanapun, Bulog juga terus mendistribusikan beras di gudangnya, termasuk untuk kebutuhan Beras Sejahtera (Rastra) dan operasi pasar di berbagai daerah.
Beras SPHP Naik, Pengamat: Perlu Penyesuaian Agar Disparitas Harga Tak Jauh
1 hari lalu
Beras SPHP Naik, Pengamat: Perlu Penyesuaian Agar Disparitas Harga Tak Jauh
Pemerintah melalui Perum Bulog menaikkan harga eceran tertinggi atau HET untuk beras SPHP, dari Rp10.900 menjadi Rp12.500 per kilogram sejak 1 Mei 2024