Uni Eropa Terbuka dengan Produk Mebel Indonesia

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Rabu, 18 November 2015 23:05 WIB

Pekerja membuat anyaman rotan yang dibuat menjadi parcel di kawasan Trangsan, Gatak, Sukoharjo, Jawa Tengah, 30 Juni 2015. Industri rumahan yang khusus membuat parcel tersebut dijual dengan harga Rp 8.500,00 hingga Rp. 10.000,00 perpotongnya. Tempo/Bram Selo Agung

TEMPO.CO, Jakarta - Uni Eropa bersikap terbuka dengan permintaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar lisensi Forest Law Enforcement Governance and Trade (FLEGT) atas produk kehutanan Indonesia tetap berlaku di kawasan itu.


Lisensi FLEGT memungkinkan produk Indonesia tidak perlu melalui uji kelayakan (due dilligence) ketika masuk Benua Biru. Namun, lisensi yang direncanakan berlaku pada 1 Januari 2016 itu terancam kandas menyusul batalnya implementasi penuh sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK).


Perwakilan delegasi UE di Indonesia Giovanni Seritella mengatakan sikap resmi UE tergantung hasil negosiasi yang kini sedang berlangsung di Markas UE, Brussel, Belgia.


Selain itu, akan diadakan pertemuan-pertemuan lanjutan komite implementasi bersama Indonesia-UE.


“Kami akan bekerja keras mencari solusinya,” katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (18 November 2015).


Advertising
Advertising

Giovanni mengakui SVLK adalah sistem paling maju dan paling sukses untuk implementasi FLEGT. Selain Indonesia, UE juga melakukan negosiasi FLEGT dengan sejumlah negara produsen kayu di Afrika dan Asia, termasuk Malaysia.


Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Agus Justianto mengatakan Indonesia mengirimkan misi diplomatik untuk melobi UE agar tetap konsisten mengakui sertifikat V-Legal (bukti pemenuhan SVLK) sebagai lisensi FLEGT.


Misi diplomatik yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari KLHK Ida Bagus Putera Parthama dijadwalkan bertemu dengan Dirjen Lingkungan, Maritim, dan Perikanan UE Karmenu Vella di Markas UE di Brussel, Belgia, Rabu (18 November 2015) waktu setempat.


Sebelumnya, Putera mengatakan tanpa harus melewati uji kelayakan, daya saing produk kehutanan Indonesia di pasar Benua Biru akan meningkat. “Kami akan berargumen: pada akhirnya eksportir akan menggunakan SVLK karena kemauan sendiri. Sebab, tanpa SVLK, cepat atau lambat barangnya tidak laku di sana,” katanya.


Indonesia dan UE terikat perjanjian Voluntary Partnership Agreement (VPA) FLEGT sejak 30 September 2013. Dalam ikrar tersebut, Indonesia sepakat mempromosikan perdagangan kayu legal melalui pemberlakuan SVLK.


Namun, implementasi SVLK batal diterapkan penuh menyusul terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan No. 89/2015 tentang Ketentuan Ekspor Produk Kehutanan pada 19 Oktober 2015. Beleid itu membebaskan 15 pos tarif produk mebel dari kewajiban SVLK sehingga mengancam lisensi FLEGT.



BISNIS

Berita terkait

Berkat BRI, Pengusaha Anyaman Rotan Ini Pulih dan Semakin Tangguh

4 Januari 2023

Berkat BRI, Pengusaha Anyaman Rotan Ini Pulih dan Semakin Tangguh

Keunggulan dari produk Dona Doni yaitu selalu melayani kebutuhan pelanggan dengan aneka desain produk yang variatif.

Baca Selengkapnya

Penyelundupan Ekspor 40 Ton Rotan Senilai Rp 680 Juta Digagalkan

25 Juni 2019

Penyelundupan Ekspor 40 Ton Rotan Senilai Rp 680 Juta Digagalkan

Muatan tak dilengkapi dokumen kepabeanan ekspor rotan yang sah seperti surat pemberitahuan ekspor barang, persetujuan ekspor dan karantina tumbuhan.

Baca Selengkapnya

Uni Eropa dan Indonesia Sepakati Skema Lisensi Ekspor Kayu  

24 April 2016

Uni Eropa dan Indonesia Sepakati Skema Lisensi Ekspor Kayu  

Indonesia dan Uni Eropa pun sepakat mempromosikan perdagangan kayu yang diproduksi secara legal.

Baca Selengkapnya

Ekspor Bahan Mentah Mebel Ditutup, Petani Rotan Menjerit

21 Februari 2016

Ekspor Bahan Mentah Mebel Ditutup, Petani Rotan Menjerit

Anjloknya harga rotan Kalimantan akibat pasokan rotan tak terserap industri mebel dalam negeri. Sebaliknya pemerintah melarang ekspor rotan.

Baca Selengkapnya

2013, Ekspor Furniture Tumbuh 17 Persen

5 Juli 2013

2013, Ekspor Furniture Tumbuh 17 Persen

Ekspor produk rotan akan lebih ditingkatkan.

Baca Selengkapnya

Pengusaha Rotan Masih Kesulitan Bahan Baku

13 Juni 2013

Pengusaha Rotan Masih Kesulitan Bahan Baku

Ketika ada larangan ekspor bahan baku rotan, seharusnya
pengusaha produk rotan tidak perlu bingung lagi mencari bahan
baku.

Baca Selengkapnya

Asmindo Inginkan Kemudahan Ekspor

9 Mei 2013

Asmindo Inginkan Kemudahan Ekspor

Asmindo keberatan dengan kebijakan Kementerian Pertanian yang mengharuskan karantina untuk produk ekspor

Baca Selengkapnya

Ekspor Produk Rotan Indonesia Meningkat  

28 Januari 2013

Ekspor Produk Rotan Indonesia Meningkat  

Peningkatan ekspor produk rotan ini disebabkan oleh penurunan produksi furnitur rotan Cina karena negara tersebut tidak lagi memiliki bahan baku.

Baca Selengkapnya

Pengusaha Pro-Kontra Soal Kesiapan Menyerap Rotan  

9 Januari 2012

Pengusaha Pro-Kontra Soal Kesiapan Menyerap Rotan  

Kami sih sudah siap, tapi rotannya yang belum tersedia."

Baca Selengkapnya

Menhut Dukung Larangan Ekspor Rotan

2 Desember 2011

Menhut Dukung Larangan Ekspor Rotan

Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mendukung kebijakan kementrian perindustrian dan perdagangan serta keuangan untuk melarang ekspor rotan ke luar negeri.

Baca Selengkapnya