Pertumbuhan Ekonomi: Petik Hikmah dari Strategi Vietnam

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Jumat, 6 November 2015 23:03 WIB

Seorang petugas menuangkan biji kopi yang sudah dipanggang di pabrik kopi di Hanoi, Vietnam, 29 September 2015. Perdagangan kopi robusta Vietnam telah menurun yang merosot hingga 17 persen. REUTERS/Kham

TEMPO.CO, Jakarta - Pada semester pertama tahun ini pertumbuhan ekonomi Vietnam mencapai 6,28% naik dari 5,18% pada periode yang sama tahun lalu dan 4,9% pada 2013. Konsumsi baja 2014 melonjak 22,7% dibandingkan 2013.


Kenapa hal itu bisa terjadi?


Alkisah, tujuh orang pemuda tertidur pulas selama 309 tahun di dalam gua ketika sedang bersembunyi menghindari hukuman dari raja Dikyanus yang sangat kejam ketika keinginannya tidak dipatuhi.


Tidur pulas yang awalnya diyakini hanya satu jam terbantahkan ketika ketujuh pemuda ini mencari makanan ke pasar. Zaman, mata uang, pemerintahan, pembangunan kota telah berubah drastis hanya dalam sekejap mata.


Kisah ini seperti terulang di Tanah Air. Setelah puluhan tahun roda perekonomian berputar, hari ini publik terhenyak dengan kegagahan ekonomi negara tetangga yakni Vietnam dengan sejumlah prestasinya.


Advertising
Advertising

Lima tahun lalu ketika ekspor industri persepatuan Indonesia mencapai US$2 miliar, ekspor Vietnam hanya US$400 juta. Kini ekspor negara itu telah mencapai US$12 miliar sementara Indonesia masih US$4 miliar.


Di bidang lain, kendati di atas kertas industri tekstil Indonesia lebih unggul dari Vietnam, tapi data asosiasi menunjukkan kinerja ekspor Vietnam telah mencapai US$28 miliar, sementara Indonesia hanya US$13 miliar. Lagi-lagi publik terhenyak.


Bahkan, kini Vietnam dengan percaya menjalin kerja sama perdagangan bebas dengan Uni Eropa, di mana pembebasan tarif dalam scoping paper-nya mencapai 99% serta bergabung dengan blok dagang trans pacific partnership untuk memperluas pasar ekspor. Di mana Indonesia?


Kinerja kinclong ini tentu tak turun dari langit. Center for Public Policy Transformation, lembaga riset independen, membuat studi yang membandingkan proses perizinan investasi di Vietnam dan Indonesia untuk industri padat karya khususnya furnitur.


Negara ini dipilih karena berperan sebagai kompetitor utama Indonesia. Hasil studi mengungkapkan Vietnam telah memulai sistem pelayanan terpadu satu pintu dengan nama One Door Department sejak 1994. Lembaga ini mengurus seluruh perizinan administrasi investasi baru.


Konsistensi pemerintah untuk meningkatkan investasi tak berhenti di situ. Pada tahun 2000 pemerintah mengeluarkan UU Perusahaan dengan menghapus ratusan mekanisme perizinan kecil yang mengganggu investor.


Enam tahun berselang pemerintah kembali mengeluarkan UU Perusahaan Terpadu (The Unified Enterprise Law) untuk menghapus perizinan-perizinan kecil yang tumbuh kembali walaupun enam tahun lalu telah dihapus.


Peneliti Senior Transformasi Joanna Octavia, mengungkapkan, pada dasarnya budaya pungutan liar birokrat Vietnam dengan Indonesia tidak berbeda jauh. Namun, prosedur perizinan di Indonesia jauh lebih banyak dari negara itu.


Pada tahun 2002, ketika perusahaan membuka pabrik di Vietnam, proses perizinan hanya 20 prosedur dan selesai dalam enam bulan. Sementara itu di Indonesia pada 2011 memiliki 80 dokumen perizinan dan dapat selesai selama tiga tahun.


Sebagai contoh, dari lima jenis izin usaha, empat di antaranya Vietnam mampu memberikan layanan jauh lebih cepat dari Indonesia.Registrasi pajak di Vietnam membutuhkan waktu satu bulan sementara di Indonesia dua bulan.


Pengurusan sertifikat tanah di Vietnam membutuhkan waktu enam bulan sementara di Indonesia tiga tahun. Selanjutnya izin mendirikan bangunan (IMB) di Vietnam selesai dalam satu bulan sementara di Tanah Air tiga bulan.


Selain itu, pengurusan tanda daftar perusahaan di Vietnam hanya memakan waktu tiga pekan sementara di Indonesia dua bulan. Satu perizinan yang lebih cepat di Indonesia hanya sertifikat investasi didapat dalam dua bulan sementara di Vietnam tiga bulan.


Data ini memang tidak apple to apple, karena pada 2011 Indonesia belum menerapkan pelayanan terpadu satu pintu. Negara ini baru menerapkan PTSP kurang lebih satu tahun terakhir. Tentu publik mengharapkan terjadi perubahan besar dalam pelayanan perizinan.


Fakta di lapangan, transformasi mendapatkan tak terjadi banyak perubahan dalam perizinan investasi. Kendati telah satu pintu, perizinan masih terdiri dari banyak desk. Sosialisasi yang kurang baik juga menyebabkan investor masih mendatangi satu per satu kementerian untuk mendapatkan izin.


Selain itu, PTSP di Tanah Air belum mengintegrasikan peraturan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hal ini tentu berbeda dengan sistem pemerintahan Vietnam yang tersentralisasi ketika melaksanakan pelayanan terpadu bukan otonomi daerah seperti Indonesia.


Tidak berhenti di situ, banyak peraturan daerah yang bertentangan dengan peraturan pemerintah pusat. Salah satu contoh, peraturan pemerintah pusat menyebutkan investasi di dalam kawasan industri tidak perlu mengurus izin gangguan, namun banyak perda mewajibkanhal itu.


Tentu mensinergikan seluruh peraturan tidaklah mudah. Baru-baru ini pemerintah memulainya dengan menerapkan deregulasi. Paket kebijakan ini diharapkan dapat mendongkrak realisasi investasi di Indonesia.


Lagi-lagi proses ini sudah dilalui oleh Vietnam. Sejarah mencatat Vietnam meluncurkan project-30 atau yang dikenal National Public Administrative Reform Project. Program ini menyederhanakan 30% regulasi investasi dalam periode 2007-2010.


Melalui fakta di atas, Indonesia telah tertinggal selama satu dekade dengan Vietnam. Di mana proses perizinan pada 2011 di Indonesia masih lebih rumit ketimbang Vietnam pada 2002. Lantas, apakah deregulasi yang dilakukan pemerintah saat ini mampu berjalan sesuai harapan.


Pada akhirnya waktu yang dapat membuktikannya apakah Indonesia konsisten menghadapi persaingan pasar dengan mempermudah perizinan investasi atau 'tertidur selama 309 tahun seperti para pemuda'.


BISNIS

Berita terkait

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

1 jam lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

1 hari lalu

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

Proyek pembangunan bandara AH Nasution ini mulai dibangun pada 2020 dengan anggaran sebesar Rp 434,5 miliar.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

2 hari lalu

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

2 hari lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

2 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

5 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

7 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

7 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya