Pertumbuhan Ekonomi Cina Sentuh Rekor Terendah  

Reporter

Editor

Senin, 19 Oktober 2015 14:40 WIB

Olympic Park diterangi gemerlap lampu untuk persiapan konferensi Ekonomi APEC, di Beijing, Cina, 30 Oktober 2014. Beijing Olympic Park telah selesai didekorasi dan bersiap-siap untuk pertemuan konferensi Kerjasama Ekonomi Asia-Pacific Economic (APEC) pada Kamis, 6 November. ChinaFotoPress/Getty Images

TEMPO.CO, Beijing - Data pertumbuhan ekonomi kuartal III Cina terus menunjukkan perlambatan. Angka pertumbuhan yang turun ke 6,9 persen merupakan titik terendah sepanjang enam tahun terakhir. Ini semakin menambah kekhawatiran para pelaku ekonomi akan krisis yang masih berkepanjangan.

“Kita belum bisa optimistis dengan kondisi seperti ini, sebab perlambatan masih terjadi,” ujar Kepala Ekonom ANZ Banking Group untuk wilayah Cina Liu Li Gang, seperti dilansir situs berita Channel News Asia, Senin, 19 Oktober 2015. Ia bahkan memperkirakan perlambatan bisa mencapai 6,4 persen di tahun depan.

Kekhawatiran Li Gang cukup beralasan, mengingat Cina selama ini merupakan pedagang sekaligus pasar raksasa yang memiliki peran kunci dalam ekonomi global. Juru bicara Biro Statistik Nasional Cina mengatakan perlambatan kali ini masih tergolong wajar, sebab ekonomi masih berjalan di kisaran yang tepat.

“Tapi kita tetap harus waspada terhadap kondisi eksternal maupun internal yang rumit, dan tekanan perlambatan untuk perkembangan ekonomi yang masih ada,” katanya.

Pertumbuhan ekonomi Cina menyentuh angka 7,3 persen pada tahun lalu, paling lambat yang pernah dialami Negeri Tirai Bambu itu sejak 1990. Tahun ini pemerintah Cina sebenarnya menargetkan pertumbuhan di kisaran 7 persen, yang tercapai di kuartal pertama dan kedua. Namun, mulai meleset turun dari perkiraan di kuartal tiga ini.

Kepala Ekonom untuk Asia dari Oxford Economics Louis Kuijs mengatakan perlambatan yang terjadi selama periode Juli hingga September kemarin ini lebih disebabkan tekanan dari sektor properti dan ekspor. “Tapi tertolong dengan konsumsi dan pembangunan infrastruktur yang masih kuat, jadi perlambatan tak turun tajam,” jelas Kuijs.

Para analis berharap pemerintah lebih meningkatkan belanja fiskal dan melonggarkan kebijakan moneter sebelum akhir tahun, ini bertujuan agar perlambatan tak turun begitu tajam.

Sepanjang tahun ini, Cina telah lima kali memangkas suku bunganya dan menerapkan stimulus lain untuk mempertahankan ekonominya. Namun stimulus-stimulus tersebut dinilai kurang begitu substansial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

GUSTIDHA BUDIARTIE | CHANNEL NEWS ASIA

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

11 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

16 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

17 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

18 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

22 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

2 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

2 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya