Indonesia Ingin Samai Cina, Ini Saran Ekonom Australia

Reporter

Jumat, 18 September 2015 10:49 WIB

Pekerja mencoba kuwalitas batrai Smart Phone OPPO di Pabrik OPPO Indonesia, Tangerang, 25 Agustus 2015. Nilai Investasi OPPO untuk mendirikan pabrik di Tangerang sebesar US$30 juta. Tempo/ Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Yogyakarta - Ekonom dari Australia National University (ANU), Chris Manning, memberikan sejumlah saran agar Indonesia mampu menyamai Cina dan India sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dunia yang baru.

“Bonus demografi yang dimiliki Indonesia tidak menjanjikan pertumbuhan ekonomi yang pesat tanpa ada reformasi sistem pendidikan,” ujar Chris dalam Seminar Pembangunan Ekonomi dan Kebijakan Kependudukan di Indonesia di Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM pada Kamis sore, 17 September 2015.

Chris menyarankan Indonesia mengubah strategi pembangunan di bidang pendidikan dengan lebih menitikberatkan aspek kualitas dan tidak lagi mengejar target kuantitas. "Di Cina, knowledge based society dianggap penting," kata dia.

Perbaikan kualitas pada sistem pendidikan, kata Chris, harus diimbangi dengan lompatan di sektor industri. Ia berpendapat pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melesat apabila sektor industri domestik berhasil didorong masuk ke dalam jaringan produksi global. Ini sekaligus mengatasi masalah migrasi tenaga kerja Indonesia ke negara-negara tetangga yang menawarkan pendapatan lebih tinggi.

Karena itu, Chris berpendapat Indonesia harus menuntaskan problem konektivitas antar- daerah. Menurut dia, disparitas laju pembangunan juga mendesak untuk diatasi, terutama di Indonesia timur. "Dana desa bisa jadi isu kebijakan yang penting, sebab nilainya besar dan bisa berefek ke pembangunan berkelanjutan," kata Chris.

Pakar lain dari Australia National University yang juga hadir di seminar itu, Profesor Hal Hill, mengingatkan soal pembangunan yang belum merata. Dia mencontohkan pendapatan provinsi terkaya di Indonesia masih 15 kali lipat dibanding daerah termiskin. "Kabupaten terkaya pendapatannya 50 kali lipat dibanding kabupaten termiskin," kata dia.

Menurut Guru Besar Kebijakan Publik di Crawford School ANU tersebut perekonomian di negara raksasa seperti Indonesia tak hanya bisa dilihat dari level nasional. Situasi di tingkat lokal juga penting untuk dicermati.

Hill berpendapat negara-negara di ASEAN memerlukan reformasi sistem pendidikan yang berorientasi pada kualitas, persiapan menghadapi transisi demografi yang cepat, dan mengatasi ketimpangan pertumbuhan. Masyarakat ASEAN juga perlu berfokus memperbaiki institusi birokrasi, sistem hukum dan pemerintahan, mengelola risiko kerusakan lingkungan akibat industrialisasi, dan membangun komunitas bisnis yang kuat.

Menurut Hill, negara-negara ASEAN tidak sekompak Uni Eropa karena orientasi pasar ekspornya justru ke luar ASEAN.

Meski demikian, dia memuji kemampuan negara-negara di ASEAN karena memiliki daya lenting hebat dalam menghadapi krisis ekonomi seperti pada 1998. "Dulu banyak buku-buku ekonomi yang meramalkan negara-negara di ASEAN sulit maju, tapi ternyata banyak yang salah," ucap Hill.

ADDI MAWAHIBUN IDHOM

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

13 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

18 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

18 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

19 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

23 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

2 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

2 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya