The Fed Tak Jadi Naikkan Suku Bunga Perbankan, Eropa Lega  

Jumat, 18 September 2015 05:17 WIB

Janet Yellen berada di posisi kedua daftar perempuan paling berpengaruh di dunia versi Forbes. Janet adalah wanita pertama yang mengepalai bank sentral paling berpengaruk di dunia, Federal Reserve. REUTERS/Jonathan Ernst

TEMPO.CO, Washington - Bank sentral Amerika Serikat atau US Federal Reserve, Jumat, 18 September 2015, menyatakan tidak mengubah suku bunga acuan perbankan Amerika Serikat di kisaran nol persen, sembari terus memantau dampak kondisi finansial yang ketat dan pertumbuhan ekonomi global serta Amerika Serikat yang melambat.

Keputusan ini merupakan hasil rapat maraton The Fed dalam dua hari terakhir. Gubernur bank sentral AS, Janet L. Yellen, mendeskripsikan keputusan ini sebagai "close call" (keputusan yang diambil dengan selisih argumentasi yang tipis).

"Pemulihan dari krisis besar sejauh ini berkembang cukup baik dan belanja dalam negeri juga cukup kuat sehingga ada yang berpendapat bahwa suku bunga acuan bisa dinaikkan pada momen ini," katanya. Tapi, kata dia, "tingginya ketidakpastian di luar negeri" dan inflasi yang lambat membuat Dewan The Fed memutuskan menunggu bukti lebih jauh, termasuk penguatan pada pertumbuhan jumlah lapangan kerja.

Meski begitu, Yellen menegaskan, The Fed tetap berencana menaikkan suku bunga perbankan tahun ini. Lembaga ini secara terpisah merilis proyeksi ekonomi mereka yang menunjukkan bahwa 13 dari 17 ekonom di Dewan The Fed memprediksi kenaikan suku bunga acuan sebanyak paling sedikit 0,25 persen tahun ini. Rapat The Fed selanjutnya dijadwalkan pada Oktober dan Desember mendatang. Yellen menegaskan bahwa langkah pertama (menuju kenaikan suku bunga) bisa jadi dimulai dari salah satu rapat tersebut.

Keputusan ini disambut lega oleh dunia perbankan di Eropa. Berbeda dengan Amerika, bank sentral Eropa masih berjuang untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi di kawasan itu. Suku bunga acuan Eropa juga di kisaran nol persen dan pejabat Bank Sentral Eropa telah mengindikasikan rencana pembelian surat utang dan aset lain untuk memicu pertumbuhan ekonomi.

Kondisi ekonomi Eropa memang amat berkaitan dengan kondisi di Cina dan negara berkembang lain. Pasar Cina adalah konsumen penting untuk produksi otomotif Jerman dan eksportir Eropa lain. Kenaikan suku bunga di Amerika Serikat akan membuat investor menarik dana mereka dari pasar negara berkembang dan membuat mereka tak mampu lagi membeli produk Eropa.

THE NEW YORK TIMES | WAHYU

Berita terkait

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

15 Desember 2023

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian sampai dengan akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat Awal Pekan Ini, Ditutup Rp 14.971 per Dolar AS

30 Januari 2023

Rupiah Menguat Awal Pekan Ini, Ditutup Rp 14.971 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah dengan dolar AS kini berada di level Rp 14.971 atau menguat 14 poin pada penutupan perdagangan sore ini, Senin 30 Januari 2023.

Baca Selengkapnya

Imbas Kenaikan Suku Bunga Fed, Indeks Dolar Melemah Hari Ini

24 Januari 2023

Imbas Kenaikan Suku Bunga Fed, Indeks Dolar Melemah Hari Ini

Indeks dolar melemah hari ini, Selasa, 24 Januari 2023. Salah satu sebabnya adalah kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau The Fed.

Baca Selengkapnya

Harga Emas Melonjak, Tertinggi dalam Sembilan Bulan Terakhir

14 Januari 2023

Harga Emas Melonjak, Tertinggi dalam Sembilan Bulan Terakhir

Harga emas menguat tajam mendekati level tertinggi dalam sembilan bulan terakhir, didorong ekspektasi kenaikan suku bunga the Fed.

Baca Selengkapnya

Harga Emas Melambung, Diperkirakan Tak akan Naik Lagi dalam Waktu Dekat

13 Januari 2023

Harga Emas Melambung, Diperkirakan Tak akan Naik Lagi dalam Waktu Dekat

Harga emas melambung, mencapai level tertinggi dalam delapan bulan terakhir pada Kamis, 12 Januari 2023.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

21 Oktober 2022

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia terus menurun.

Baca Selengkapnya

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

28 September 2022

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

Luhut Binsar Panjaitan meminta Indonesia harus kompak menghadapi ancaman resesi global 2023.

Baca Selengkapnya

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

17 Februari 2020

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

Pasar saham menjadi yang paling rentan terpengaruh oleh dinamika perekonomian global yang diliputi ketidakpastian sejak awal 2020.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

24 September 2019

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

Sri Mulyani mengatakan data tersebut menyiratkan bahwa sektor pertambangan memang mengalami tekanan yang sangat dalam pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

30 Juli 2019

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

Core menyatakan kondisi perekonomian dunia hingga akhir 2019 diperkirakan tumbuh lebih lambat dibanding 2018.

Baca Selengkapnya