TEMPO.CO, Kendari - Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ke level 14.300 membuat petani cengkeh di Lasusua, Kolaka Utara, gembira. Itu lantaran harga cengkeh melambung mencapai Rp 90 ribu per kilogram.
Wawan, petani cengkeh di Desa Tolala, Kolaka Utara, mengatakan harga cengkeh kering di tingkat petani saat ini terus naik. "Sebenarnya fluktuatif, trennya selalu begitu. Dengan naiknya nilai dolar, komoditas cengkeh juga naik mengikuti dolar," ujarnya saat ditemui di Desa Tolala baru-baru ini.
Bupati Kolaka Utara Rusda Mahmud di Kendari mengungkapkan, kenaikan kurs dolar terhadap rupiah menimbulkan dampak positif bagi petani cengkeh. Pasalnya, harga biji cengkeh di tingkat petani pada dasarnya dihargai dengan dolar. “Jadi penghasilan para petani saat ini sedang tinggi dengan naiknya dolar ini sehingga jadi motivasi bagi para petani cengkeh,” ucapnya.
Di Kolaka Utara, 85 persen warga bekerja di pertanian dan perkebunan. Cengkeh, cokelat, nilam, dan kelapa menjadi komoditas unggulan daerah ini. Bahkan 70 persen sumber pendapatan daerah yang dulunya bergabung dalam wilayah administrasi Kabupaten Kolaka ini berasal dari sektor pertanian dan perkebunan.