TEMPO.CO, Jakarta - Managing Director International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde mengatakan ekonomi dunia kini telah memasuki volatilitas baru. Kondisi pasar saat ini, kata dia, menunjukkan posisi Asia sebagai pemain utama perekonomian global.
Lagarde memberi contoh dunia saat ini merasakan dampak dari mundurnya perekonomian Asia, seperti rebalancing Cina, perlambatan ekonomi Jepang, dan penurunan harga komoditas dari beberapa negara Asia. “Semua negara di Asia harus memahami apa yang perlu dilakukan dan siap mengambil kebijakan yang diperlukan,” kata Lagarde dalam Konferensi IMF-Bank Indonesia berjudul "The Future of Asia’s Finance: Financing for Development 2016", Rabu, 2 September 2015.
Menurut Lagarde, kebijakan di setiap negara harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Namun Lagarde menyarankan kebijakan yang dibuat harus meliputi lima hal, yaitu memperkuat pertahanan dengan kebijakan fiskal berprinsip kehati-hatian, mengekang pertumbuhan kredit yang berlebihan, mempertahankan cadangan devisa yang memadai, menjaga nilai tukar sebagai peredam gejolak, dan membangun pengawasan dan pengaturan sektor keuangan. Selain itu, kata Lagarde, Asia juga harus menciptakan sistem keuangan yang membantu memastikan stabilitas dan bahan bakar.
Setelah memberi kuliah umum di Universitas Indonesia, Senin, 1 September 2015, Lagarde menghadiri konferensi bersama Bank Indonesia. Konferensi tersebut juga dihadiri oleh Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman Hadad, dan beberapa tokoh ekonomi di Asia.
TRI ARTINING PUTRI
Berita terkait
Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia
37 menit lalu
Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.
Baca SelengkapnyaMenlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia
5 jam lalu
Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.
Baca SelengkapnyaLPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen
14 jam lalu
Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.
Baca Selengkapnya17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?
1 hari lalu
Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?
1 hari lalu
Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.
Baca SelengkapnyaEkonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat
3 hari lalu
Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah
4 hari lalu
Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaHadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja
5 hari lalu
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.
Baca SelengkapnyaBI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini
6 hari lalu
BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global
10 hari lalu
Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.
Baca Selengkapnya