Seorang karyawan money changer menghitung uang kertas Rupiah, di Jakarta, 15 Desember 2014. Majalah The Economist menyebutkan, masalah yang dihadapi Indonesia adalah pemerintahan yang birokratis, korupsi, dan infrastruktur yang tidak memadai menjadi alasan nilai tukar rupiah sangat rendah. Adek Berry/AFP/Getty Images
TEMPO.CO, Jakarta - Industri kosmetik mencari peluang pasar baru guna mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan perlambatan perekonomian di beberapa negara di dunia.
"Ini juga merupakan suatu kesempatan bagi industri nasional untuk bisa lebih bersaing, baik di pasar lokal maupun di pasar internasional. Terutama untuk ekspor," kata Ketua Umum DPP Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi Kosmetika Indonesia (PPAKI) Putri Kusuma Wardani di Jakarta, Selasa, 1 September 2015.
Putri mengatakan, industri tengah mencari potensi pasar ekspor yang tidak terkena dampak terlalu besar terhadap perlambatan perekonomian melambat.
"Mungkin ASEAN, Eropa sudah terlalu banyak mengalami masalah sendiri sehingga kesempatan produk luar untuk masuk ke sana menjadi sulit juga," ujarnya.
Beberapa negara yang mungkin disasar untuk tujuan ekspor industri kosmetik dalam negeri antara lain Amerika, Timur Tengah, dan Afrika.
Menurut Putri, produk-produk kosmetik asal Indonesia juga diminati masyarakat di beberapa negara tersebut, sehingga potensinya sangat besar.
Diketahui, nilai ekspor kosmetik pada 2013 mencapai US$ 975 juta dan mengalami pertumbuhan 2,9 persen pada 2014 menjadi US$ 1.004 juta.