Ilustrasi kurs rupiah dan mata uang Indonesia. Getty Images
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom PT Bank Central Asia Tbk., David Sumual, meminta pemerintah menyiapkan contingency plan untuk menghadapi keadaan darurat perekonomian. Kondisi perekonomian global yang tengah melambat dan tak menentu harus dapat diantisipasi dengan kebijakan yang matang.
"Pemerintah tak bisa lagi bekerja business as usual, harus mulai meningkatkan sense of urgency-nya," kata David saat dihubungi Tempo, Selasa, 25 Agustus 2015.
Salah satunya, menurut David, adalah penerbitan peraturan presiden tentang percepatan pembangunan infastruktur. Saat ini salah satu faktor yang banyak menimbulkan keraguan bagi investor untuk menanamkan uangnya di Indonesia adalah infrastruktur yang belum memadai.
David menilai, dengan mempercepat pembangunan, akan menumbuhkan kepercayaan para investor untuk berbisnis di Tanah Air.
Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong konsumen untuk berbelanja agar roda perekonomian terus bergerak. Salah satunya adalah dengan meningkatkan daya beli mereka. Para pengusaha juga harus didorong untuk melakukan pembelanjaan.
"Uangnya jangan ditahan saja," kata David. Dia pun mengimbau lembaga pemerintahan menyerap anggaran semaksmimal mungkin untuk belanja ataupun pembangunan. Langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu mencegah pertumbuhan ekonomi Indonesia melorot drastis.
Kurs rupiah masih terkoreksi 4,6 poin (0,03 persen) pada level 14.054,1 per dolar Amerika Serikat. Rupiah bahkan tak sempat menyentuh area positif pada perdagangan kemarin.
Sebaliknya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bergerak di zona hijau sepanjang hari kemarin, seiring dengan kembali naiknya harga saham-saham berkapitalisasi besar. IHSG kemarin ditutup menguat 64,77 poin (1,56 persen) pada level 4.228,50. Maraknya transaksi bahkan sempat mendorong laju indeks menyentuh posisi tertinggi di level 4.301,78.