Sofyan Djalil: Kebijakan Berbasis Riset Masih Kurang

Reporter

Editor

Zed abidien

Rabu, 19 Agustus 2015 15:36 WIB

Sofyan Djalil. TEMPO/Dhemas Reviyanto Atmodjo

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional Sofyan Djalil mengatakan majunya suatu negara tidak lepas dari kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Menurut dia, Indonesia sudah cukup baik dalam hal mengadopsi tata cara suatu kebijakan. Di level ekonomi makro, misalnya, Indonesia mendapat banyak pujian dari negara lain.

Namun Sofyan melihat masih banyak kebijakan pemerintah yang harus diperbaiki. "Saya banyak menemukan kebijakan di kantor lama yang tidak berdasarkan riset," kata Sofyan di Kantor Bappenas, Jakarta, Rabu, 19 Agustus 2015.

Ia mengambil contoh langkanya daging sapi dan ayam. Menurut Sofyan, persoalan kelangkaan daging hanya puncak gunung es. Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu pun tidak segan untuk mengevaluasi ulang kebijakan yang sudah dikeluarkan.

Tidak hanya soal daging, sektor komoditas Indonesia sekarang harus mulai membuat kebijakan tentang industri manufaktur. Dulu ketika harga komoditas sedang bagus, Indonesia bisa meraup keuntungan. Kini saat sejumlah harga komoditas turun, pemerintah tidak memperhatikan kebijakan di industri. "Jatuhnya harga komoditas dorong pemerintah pemerintah buat kebijakan di manufaktur," ucap Sofyan.

Ke depan, ujarnya, agar kebijakan pemerintah tidak meleset, mesti ada riset dan data yang bagus. Ia berharap dalam konferensi internasional bertajuk Best Development Practices and Policies yang diadakan di Bappenas dua hari ini bisa meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan.

Kepala Program Kerja Sama Australia-Indonesia James Gilling menilai dulu banyak orang menganggap solusi untuk persoalan di dalam negeri ada pada negara lain. Namun ia mengatakan sudah saatnya pemerintah Indonesia mencari solusi di dalam negeri. "Kita harus melihat ke dalam," ucap Gilling.

Direktur Industri, Sains, dan Teknologi Bappenas Mesdin Kornelis Simarmata menuturkan konferensi Best Development Practices and Policies bertujuan mempertemukan para periset dalam negeri dengan pengambil kebijakan. Nantinya hasil riset dari sejumlah universitas akan coba diterapkan dan berpeluang menjadi sebuah kebijakan.

"Hasil konferensi ini bisa untuk masukan bagi lembaga/kementerian terkait," kata Mesdin. Ada lima riset utama yang nantinya akan menjadi pertimbangan Bappenas. Riset tersebut mewakili sektor ketahanan pangan, ketahanan energi, kemaritiman, industri, dan pariwisata.

ADITYA BUDIMAN

Berita terkait

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

4 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

10 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

50 hari lalu

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.

Baca Selengkapnya

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

50 hari lalu

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.

Baca Selengkapnya

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

50 hari lalu

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut

Baca Selengkapnya

Menteri ATR/BPN dari Masa ke Masa, Paling Anyar AHY Akan Menjabat Hanya 8 Bulan

21 Februari 2024

Menteri ATR/BPN dari Masa ke Masa, Paling Anyar AHY Akan Menjabat Hanya 8 Bulan

Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akan menjadi Menteri ATR/BPN 8 bulan ke depan. Berikut Menteri ATR/BPN dari masa ke masa.

Baca Selengkapnya

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

31 Januari 2024

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

Stanford University, Amerika Serikat, merupakan salah satu universitas yang akan melakukan groundbreaking pusat ekosistem digital di IKN.

Baca Selengkapnya

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

29 Januari 2024

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi meninjau pabrik motherboard dan menegaskan perlunya riset terhubung dengan industri.

Baca Selengkapnya

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

22 Januari 2024

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

Riset Jatam menelusuri bisnis-bisnis di balik para pendukung kandidat yang berpotensi besar merusak lingkungan hidup.

Baca Selengkapnya

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

15 Januari 2024

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika menyebut Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah era Jokowi mendorong laju konflik agraria.

Baca Selengkapnya