Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menanam benih padi di persawahan Sumberpucung, Malang, 26 Februari 2015. TEMPO/Aris Novia Hidayat
TEMPO.CO,Nganjuk - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan siap mati demi membela nasib petani. Amran mengkritik kebijakan koleganya di Kementerian Perdagangan yang dianggap gampang mengimpor bahan pangan dari luar negeri.
Amran mengklaim produksi pertanian masih mampu memenuhi kebutuhan pangan nasional tanpa harus bergantung pada luar negeri. Karena itu, dia meminta Kementerian Perdagangan tidak buru-buru melakukan impor beras atas gejolak harga yang terjadi saat ini.
“Baru naik harga 5 persen saja sudah diputuskan impor,” kata Amran saat melakukan panen raya di Desa Kepanjen, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Selasa, 23 Juni 2015.
Menurut dia, wacana impor beras pernah terlontar pada Januari-Februari 2015. Saat itu pemerintah mencemaskan kenaikan harga beras yang tak mampu dijangkau masyarakat. “Tapi sampai sekarang aman, kan,” kata Amran.
Menteri Perdagangan Rachmat Gobel pun sempat berniat melakukan impor bawang setelah harga komoditas itu melonjak. Menurut Amran, keinginan impor itu dapat dipatahkan oleh Kementerian Pertanian dengan memangkas distribusi pangan. Saat ini harga bawang di Pasar Kramat Jati, Jakarta, sudah turun menjadi Rp 16 ribu dari sebelumnya Rp 35 ribu per kilogram.
Amran menambahkan, faktor yang membuat perekonomian stabil bukan pasokan pangan, melainkan komitmen pemerintah dan petani itu sendiri. Dengan dukungan kebijakan pemerintah yang berpihak kepada petani, terbukti kebutuhan pangan nasional bisa dipenuhi.
Amran menilai kebijakan impor beras yang kerap disuarakan Kementerian Perdagangan tidak memihak petani. Sebab impor beras hanya menguntungkan petani luar negeri.
Demi membela nasib petani, Amran menyatakan siap menyerahkan nyawanya. Pernyataan ini disampaikan di depan para petani yang mengikuti panen raya. “Jangankan kebijakan, nyawa pun akan saya berikan demi kesejahteraan petani,” katanya.