Pemkot Kota Serang mengantisipasi kemungkinan beredarnya beras plastik di Kota Serang. DARMA WIJAYA
TEMPO.CO, Jakarta - Beredarnya beras plastik atau beras berbahan sintetis diduga tak membawa kepentingan ekonomi kelompok tertentu. Sebab harga biji plastik lebih mahal dua kali lipat dibanding harga beras normal.
"Dari segi ekonomi tidak mungkin karena harga biji plastik sebagai bahan campuran saja lebih mahal dibanding harga beras asli," kata Staf Khusus Menteri Perdagangan Bidang Perdagangan Dalam Negeri Ardiansyah Parman dalam diskusi di Jakarta, Sabtu, 23 Mei 2015.
Menurut Ardiansyah, hanya orang bodoh yang mencampur bahan baku yang harganya mahal dengan beras yang berharga murah kemudian dijual dengan harga yang juga rendah. "Rasanya kecuali orang yang punya maksud tertentu, tidak akan berbuat hal ini," ujarnya.
Ardiansyah menuturkan, secara ekonomi, tak ada keuntungan yang bisa diperoleh lewat perbuatan ini. Namun ia juga belum bisa menduga motif di balik isu ini. Menurut dia, semua pihak harus menunggu hasil uji laboratorium dan pemeriksaan di daerah.
Dua pekan lalu, Pemerintah Kota Bekasi menemukan beras plastik di bilangan Pasar Mutiara Gading Timur, Mustika Jaya. Temuan tersebut bermula dari laporan masyarakat yang menduga beras yang dikonsumsinya berbahan sintetis.
Adalah Dewi Septiani, 29 tahun, yang menemukan dan melaporkan dugaan beras plastik pertama kali. Dewi, yang sehari-hari berjualan nasi uduk di perumahan Mutiara Gading Timur, Bekasi, mengungkapkan kecurigaannya terhadap beras yang dia beli. Menurut dia, beras yang dibelinya berbentuk aneh ketika dimasak dan terasa seperti plastik.