TEMPO.CO, Jakarta - Petani di Daerah Istimewa Yogyakarta malas menjual hasil panen padinya ke Badan Urusan Logistik karena rendahnya harga pembelian (HPP) pemerintah. Ketika musim panen raya tiba, petani lebih memilih menjual hasil panenannya ke pasar karena dihargai lebih tinggi.
Maret-April 2015 adalah puncak musim panen. Ketua Kelompok Tani Catur Sari di Kabupaten Sleman, Johan Arifin, mengatakan gabah dan beras yang petani jual ke Bulog biasanya berkualitas jauh lebih rendah ketimbang yang dijual di pasar. Petani lebih berani menjual beras berkualitas bagus di pasar dengan harga yang melebihi HPP.
Misalnya, untuk gabah kering panen (GKP) per kilogram di pasaran bisa dihargai Rp 4.000. Sedangkan di Bulog dihargai Rp 3.700 per kilogram. “Keuntungan tak seberapa bila dijual ke Bulog. Ongkos produksi kami cukup tinggi,” ucap Johan, Selasa, 12 Mei 2015.
Menurut dia, seperti biasa, panen raya memang membuat harga gabah dan beras anjlok di pasaran. Tapi petani lebih tertarik menjualnya ke pasar ketimbang ke pemerintah. Selain karena harga beras lebih tinggi, petani juga lebih praktis menjualnya di pasar ketimbang ke Bulog.
Kepala Divisi Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Bulog Langgeng Wisnu Adinugroho menyatakan pemerintah tahun ini telah menetapkan HPP baru yang efektif diberlakukan mulai 17 Maret 2015. Sesuai dengan ketentuan, HPP GKP Rp 3.700, gabah kering giling (GKG) Rp 4.600, dan beras medium Rp 7.300. Untuk GKP, pemerintah memberi syarat kadar air adalah maksimum 25 persen. “Syarat kadar air ini kurang dipahami masyarakat,” tutur Langgeng.
Dia mengatakan Bulog telah mempermudah petani yang ingin menjual gabah atau beras melalui satuan petugas yang menjemput barang milik petani. Petani secara individu dan kelompok tani bisa menjual hasil panenannya ke Bulog. Untuk kelompok tani bisa menjalin kontrak pembelian dengan Bulog. Dengan syarat: menyertakan surat rekomendasi dari Dinas Pertanian.
Pada 2014, Bulog DIY hanya mampu menyerap beras hasil panen petani Yogyakarta sebanyak 32 ribu ton atau hanya 7-10 persen produksi beras panenan petani Yogyakarta. Padahal kebutuhan beras di Yogyakarta pada 2014 sebesar 51 ribu ton. Akibatnya, Bulog harus menutupi kekurangan stok 19 ribu ton beras dengan meminta bantuan Bulog Jawa Timur dan Jawa Tengah.
SHINTA MAHARANI
Berita terkait
Beras SPHP Naik, Pengamat: Perlu Penyesuaian Agar Disparitas Harga Tak Jauh
3 jam lalu
Pemerintah melalui Perum Bulog menaikkan harga eceran tertinggi atau HET untuk beras SPHP, dari Rp10.900 menjadi Rp12.500 per kilogram sejak 1 Mei 2024
Baca SelengkapnyaHarga Beras SPHP Naik jadi Rp 12.500 per Kilogram, Bapanas Beberkan Alasannya
1 hari lalu
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo buka suara soal naiknya harga beras merek SPHP.
Baca SelengkapnyaTerpopuler Bisnis: Penjelasan Bulog atas Harga Beras Mahal, Viral Tas Hermes hingga Kekayaan Dirjen Bea Cukai
1 hari lalu
Penjelasan Bulog atas harga beras yang tetap mahal saat harga gabah terpuruk.
Baca SelengkapnyaBulog Beberkan Alasan Penyerapan Jagung Belum Maksimal
2 hari lalu
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi membeberkan alasan penyerapan jagung dari petani hingga kini masih terkendala.
Baca SelengkapnyaMengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog
3 hari lalu
Diretur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi menjelaskan penyebab masih tingginya harga beras meskipun harga gabah di petani murah.
Baca SelengkapnyaBulog Salurkan Bantuan Pangan di Jakarta Selatan
3 hari lalu
Perum Bulog menyalurkan Bantuan Pangan Tahap II berupa beras kepada keluarga penerima manfaat (KPM) di Jakarta Selatan.
Baca SelengkapnyaHarga Gabah Anjlok, Kemendag: Gara-gara Panen Raya
12 hari lalu
Harga gabah anjlok menjadi Rp 4.500 per kilogram. Kemendag sebut gara-gara panen raya.
Baca SelengkapnyaTerpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024
12 hari lalu
Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.
Baca SelengkapnyaTerkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah
12 hari lalu
Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.
Baca SelengkapnyaBulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah, Jika Diminta
13 hari lalu
Bulog mengaku siap jika diminta pemerintah menjadi off-taker gabah dari kerjasama pertanian Indonesia dan Cina
Baca Selengkapnya