Krisis Energi Ancam Indonesia, Ini yang Harus Dilakukan  

Reporter

Selasa, 5 Mei 2015 15:58 WIB

Pekerja Pertamina GeothermaL Energy saat melakukan pengecekan di lokasi sumur produksi Kamojang 57, Bandung, Jawa Barat, Rabu (9/11). PT PGE saat ini telah berhasil membangkitkan listrik sebesar 272 MWe dan berencana untuk meningkatkan target membangkitkan 1.342 MWe pada tahun 2014 dalam menunjang pemenuhan kebutuhan energi nasional. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia terancam mengalami krisis energi dalam beberapa tahun mendatang. Penyebabnya, terjadi kesenjangan antara permintaan energi yang tinggi dan pasokan produksi minyak di dalam negeri.

Direktur Eksekutif Indonesian Petroleum Association (IPA) Dipnala Tamzil mengatakan permintaan energi pada 2010 adalah 3,3 juta BOEPD. Permintaan energi itu dalam semua bentuk, seperti minyak, gas, dan batu bara. Pada 2025, permintaan energi akan meningkat menjadi 7,7 juta BOEPD. Dari jumlah itu, saat ini proporsi energi dari minyak dan gas sekitar 47 persen.

"Dari sisi minyak dan gas, kalau Indonesia tak berbuat apa-apa dengan kebutuhan energi yang terus meningkat, dan pasokan yang terus menurun, maka Indonesia akan jadi net importir," kata Dipnala, Selasa, 5 Mei 2015, seusai temu media tentang pelaksanaan konferensi IPA di Hotel Dharmawangsa, Jakarta.

Krisis energi di Indonesia sudah mulai menunjukkan gejalanya. Pada 2015 diperkirakan Indonesia kekurangan pasokan minyak dan gas 2,4-2,5 juta BOEPD. "Kalau tidak ada penemuan cadangan baru sekitar 11-12 tahun lagi selesailah, Indonesia akan kehabisan oil and gas dan jadi net importir," kata dia.

Perkiraan di atas berdasarkan reserve requirement ratio minyak dan gas. Menurut Dipnala, rasio yang ideal seharusnya 100 persen. Artinya 100 persen produksi keluar, 100 persen cadangan baru masuk. "Tapi dengan produksi 47 persen, berarti ini sudah menggerogoti reserve. Lama-lama habis," kata Dipnala.

Di sisi lain, penemuan cadangan minyak baru juga butuh waktu relatif lama, yakni sepuluh tahun mulai dari eksplorasi hingga produksi. Ancaman krisis energi di Indonesia inilah yang akan menjadi tema utama IPA Convention and Exhibition ke-39. Acara ini akan dilangsungkan di JCC pada 20-22 Mei 2015.

Presiden IPA Craig Stewart mengatakan sangat penting bagi semua pemangku kepentingan untuk bekerja bersama-sama mencari solusi dalam mencegah defisit energi di masa depan. Menurutnya, berbagai tantangan yang dihadapi pelaku di industri ini di antaranya kerumitan birokrasi, ketidakpastian hukum, sulitnya akses pemanfaatan lahan, dan kurangnya insentif untuk proyek-proyek masif dengan biaya tinggi.

"Ini mengakibatkan penurunan yang signifikan dalam kegiatan eksplorasi," kata Craig.

AMIRULLAH

Berita terkait

Mobil Hemat Energi Rancangan Mahasiswa Indonesia Berkompetisi di KMHE 2023, Jawab Tantangan Krisis Energi Dunia

2 November 2023

Mobil Hemat Energi Rancangan Mahasiswa Indonesia Berkompetisi di KMHE 2023, Jawab Tantangan Krisis Energi Dunia

Kontes mobil hemat energi mempertandingkan rancangan kendaraan yang berfokus pada penghematan bahan bakar.

Baca Selengkapnya

Serangan Udara Rusia Sasar Infrastruktur Energi Ukraina, Kembali ke Strategi Lama?

21 September 2023

Serangan Udara Rusia Sasar Infrastruktur Energi Ukraina, Kembali ke Strategi Lama?

Rusia tampaknya kembali ke strategi lamanya dalam upaya penaklukan Ukraina dengan serangan rudal besar-besaran ke fasilitas energi di Ukraina

Baca Selengkapnya

Kisah Fajar Sidik Abdullah, Anak Buruh Tani Sragen Masuk Top 20 Insinyur Muda versi James Dyson Award

17 Januari 2023

Kisah Fajar Sidik Abdullah, Anak Buruh Tani Sragen Masuk Top 20 Insinyur Muda versi James Dyson Award

Fajar Sidik Abdullah Kelana asal Sragen dinobatkan menjadi 20 insinyur dan inovator muda terbaik dunia versi James Dyson Award. Begini perjuangannya.

Baca Selengkapnya

Krisis Listrik Parah, Presiden Afrika Selatan Absen dari Forum Ekonomi Dunia

16 Januari 2023

Krisis Listrik Parah, Presiden Afrika Selatan Absen dari Forum Ekonomi Dunia

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa tidak akan menghadiri Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos. Alasannya?

Baca Selengkapnya

IHSG Diprediksi Masih Jeblok Menjelang Akhir Tahun, Tertekan Data Inflasi AS

14 Desember 2022

IHSG Diprediksi Masih Jeblok Menjelang Akhir Tahun, Tertekan Data Inflasi AS

IHSG diperkirakan masih jeblok karena inflasi Amerika Serikat yang kemungkinan besar tidak sesuai dengan ekspektasi pasar.

Baca Selengkapnya

Eropa Bakal Dilanda Resesi Musim Dingin, Apa yang Harus Diantisipasi RI?

6 Desember 2022

Eropa Bakal Dilanda Resesi Musim Dingin, Apa yang Harus Diantisipasi RI?

Uni Eropa yang bakal dilanda resesi musim dingin dan bisa jadi berdampak ke Indonesia. Apa saja yang harus diantisipasi?

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Kaum Muda Beruntung Saksikan Respons Negara Hadapi Krisis Global

2 Desember 2022

Sri Mulyani Sebut Kaum Muda Beruntung Saksikan Respons Negara Hadapi Krisis Global

Dalam kondisi yang serba tak pasti, Sri Mulyani mengatakan generasi muda dapat melihatnya sebagai bekal pada masa mendatang.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Ingatkan Ancaman Krisis Pangan dan Energi 2023

2 Desember 2022

Sri Mulyani Ingatkan Ancaman Krisis Pangan dan Energi 2023

Sri Mulyani melihat potensi memburuknya perekonomian telah bergeser dari ancaman pandemi ke krisis global.

Baca Selengkapnya

COP27 Mesir: Apa Saja yang Gagal, yang Berhasil dan yang Baru

24 November 2022

COP27 Mesir: Apa Saja yang Gagal, yang Berhasil dan yang Baru

Konferensi Perubahan Iklim PBB atau COP27 telah berakhir pada Minggu 20 November 2022. Kebanyakan ilmuwan iklim frustasi dengan hasilnya. Kenapa?

Baca Selengkapnya

Tempo Economic Forum: Ancaman Resesi 2023, IMF Cermati 3 Dampak Invasi Rusia

18 November 2022

Tempo Economic Forum: Ancaman Resesi 2023, IMF Cermati 3 Dampak Invasi Rusia

IMF melihat krisis global karena ketegangan geopolitik akan memperburuk kondisi ekonomi. Krisis pun mendorong negara maju jatuh ke jurang resesi.

Baca Selengkapnya