TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah berencana menerbitkan bond berdenominasi yen Jepang atau Samurai bond pada semester ini. Musababnya, minat investor di Jepang dinilai sangat tinggi.
Menteri Keuangan Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengatakan pemerintah Indonesia terakhir kali menerbitkan bond ke Jepang tahun 2012. "Pertimbangannya adalah likuiditas di Jepang serta tingginya kepercayaan diri investor di sana," kata Bambang, usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu, 8 April 2015. Kondisi itu, kata dia, akan menguntungkan pemerintah Indonesia.
Saat ditanya target perolehan dana dari penerbitan Samurai bond ini, Bambang tak menjelaskan secara detail. Namun, menurut dia, target yang dicanangkan pemerintah tahun ini lebih tinggi dari perolehan tiga tahun lalu yang mencapai US$ 600 juta.
Bambang mengatakan penerbitan bond ini juga bertujuan untuk mengurangi penerbitan surat utang negara dalam bentuk rupiah. "Ini salah satu cara untuk meningkatkan penerbitan dalam mata uang asing."
Pemerintah mengambil kebijakan untuk memperbesar porsi bond asing mengingat pasar domestik belum terlalu baik, sehingga investor dalam negeri juga terbatas. "Kalau untuk SUN dalam negeri kepemilikan asing dibatasi 38 persen sebagai upaya manajemen risiko," kata Bambang.
Menurut Bambang, selain memiliki minat tinggi pada bond, investor Jepang juga banyak yang tertarik dalam sektor infrastruktur. Hal ini agak berbeda dengan tren mereka sebelumnya yang lebih memilih sektor elektronik dan otomotif. "Selain itu, mereka juga tetap mendukung pembangkit listrik batubara. Apalagi teknologi juga sudah ramah lingkungan."