TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Fauzi Ichsan mengatakan upaya mengerem pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat bisa dilakukan Bank Indonesia dengan meningkatkan suku bunga atau intervensi valas. Dari dua pilihan itu, yang bisa dilakukan saat ini adalah intervensi valas.
"Ironis kalau menaikkan suku bunga, karena belum lama BI menurunkan suku bunga, masak menaikkan lagi? Maka pilihannya adalah intervensi ke pasar valas besar-besaran," kata Fauzi dalam acara seminar Market Outlook di Jakarta, Sabtu, 14 Maret 2015.
Menurut Fauzi, intervensi pasar valas oleh BI itu dilakukan untuk mempengaruhi demand dan supply terhadap dolar AS. Pelemahan rupiah terjadi karena permintaan terhadap dolar meningkat. Dengan intervensi valas besar-besaran yang dilakukan BI, permintaan terhadap dolar bisa dikurangi. Caranya dengan melepas cadangan devisa oleh BI. Bank Indonesia saat ini mempunyai cadangan devisa sekitar US$ 15 miliar.
Dengan pelepasan cadangan devisa itu, artinya BI membanjiri pasar valas dengan dolar AS dan menarik rupiah. "Rupiah akan langka sehingga nilainya akan menguat," ujar Fauzi.
Fauzi menambahkan, melemahnya nilai rupiah hanya bisa diatasi dengan kebijakan moneter yang menjadi area BI. Sedangkan rencana delapan paket kebijakan yang akan dilakukan pemerintah akan kurang efektif. "Pemerintah akan melakukan kebijakan fiskal, tapi dampaknya akan terasa 3-6 bulan ke depan," kata Fauzi.
Pada perdagangan Jumat, 13 Maret 2015, penguatan dolar yang terus berlanjut menyebabkan nilai tukar rupiah kembali melorot. Sepanjang perdagangan kemarin, rupiah yang cenderung tertekan berakhir melemah 22,8 poin (0,17 persen) pada level 13.205,3 per dolar AS.
AMIRULLAH
Berita terkait
Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM
17 jam lalu
Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus konsisten menerapkan kualitas hasil produksi jika ingin bisa bertahan di tengah dinamika ekonomi.
Baca SelengkapnyaBI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi
1 hari lalu
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dan mendukung upaya pengendalian inflasi daerah.
Baca SelengkapnyaBI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen
2 hari lalu
Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen
Baca Selengkapnya6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global
2 hari lalu
Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?
Baca SelengkapnyaSurvei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat
5 hari lalu
Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.
Baca SelengkapnyaPerkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama
6 hari lalu
Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.
Baca SelengkapnyaTerpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN
8 hari lalu
Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.
Baca SelengkapnyaRamai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara
9 hari lalu
Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai
Baca SelengkapnyaAliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI
9 hari lalu
Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaBank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR
10 hari lalu
Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen
Baca Selengkapnya