Rupiah Melemah, Kondisi Global Selalu Dijadikan Alasan

Reporter

Editor

Grace gandhi

Rabu, 11 Maret 2015 16:13 WIB

Ilustrasi Pabrik baja. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Mandiri Institut Destry Damayanti mengatakan pengaruh global jangan terlalu dijadikan alasan sebagai penyebab pelemahan rupiah. Musababnya, negara lain melemah tak separah rupiah. Pelemahan rupiah year to date telah mencapai 7 persen.

Destry mensinyalir hal ini terjadi karena kurangnya ketersediaan dolar di dalam negeri. Padahal permintaan dolar dalam negeri sangat tinggi untuk pembayaran impor dan membayar utang luar negeri. Pasokan dolar, salah satunya, bersumber dari eksportir. “Tapi eksportir, kan, enggak masukkin dolar mereka ke dalam negeri,” kata Destry di Jakarta, Rabu, 11 Maret 2015.

Menurut Destry, eksportir punya beragam alasan tak memasukkan dolar mereka ke dalam negeri. Salah satunya untuk kepentingan bisnis.

Meski pemerintah mengatakan pelemahan rupiah kali ini tak membahayakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Destry mengatakan, dampaknya tetap terasa pada sektor industri, mengingat impor bahan baku Indonesia masih mencapai 76 persen. Selain itu, ada 17 persen impor barang modal. Artinya, Indonesia masih mengimpor semua hal produktif. Dengan begitu, biaya impor akan naik dan pengusaha akan terkena dampak paling besar.

Inflasi juga akan terpengaruh karena besarnya impor bahan pangan. “Setiap depresiasi 10 persen akan ada penambahan inflasi 0,8 persen,” ujar Destry. Dengan depresiasi yang telah mencapai 7 persen, maka akan ada penambahan inflasi 0,6 persen. “Ini akan memberatkan target inflasi pemerintah dan BI.”

Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia selama sepekan, Rabu lalu, kurs beli rupiah berada pada angka 12.898. Sedangkan untuk hari ini, kurs beli rupiah berada pada angka 13.098.

TRI ARTINING PUTRI

Berita terkait

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

17 jam lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

1 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

1 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

2 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

2 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

7 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

7 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

7 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

9 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

10 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya