KPPU Belum Temukan Adanya Mafia Beras  

Reporter

Sabtu, 28 Februari 2015 13:38 WIB

Seorang warga membawa sejumlah kantong beras saat operasi pasar beras di Pasar Wonokromo, Surabaya, 26 Februari 2015. Petugas membatas penjualan hanya 10 kilogram setiap orang. TEMPO/Fully Syafi

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menilai melonjaknya harga beras belakangan ini lebih disebabkan oleh lemahnya kebijakan pemerintah. Celah inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh para spekulan.

Komisioner KPPU Syarkawi Rouf mengatakan kenaikan harga beras lebih disebabkan oleh adanya gangguan pada sisi persediaan beras. "KPPU belum melihat adanya kartel. Ini lebih karena spekulasi," kata Syarkawi dalam acara di Warung Daun, Jakarta, Sabtu, 28 Februari 2015.

Menurut Syarkawi, produksi beras pada 2014 turun 0,9 persen. Kondisi ini diperparah dengan tidak disalurkannya beras miskin oleh pemerintah selama September-Oktober 2014. Hal ini yang membuat para warga miskin mencari beras di pasar biasa. "Tentu ini akan meningkatkan permintaan, padahal persediaan menipis. Akibatnya, harga beras naik."‎

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menuding adanya mafia yang bermain di balik melonjaknya harga beras hingga 30 persen. Kata Gobel, pemerintah sudah menggelontorkan beras ke pasar. Tapi nyatanya harga beras terus merangkak naik.

Syarkawi mengatakan struktur distribusi beras tergolong oligopoli. Sebab, selama ini, kata Syarkawi, penggilingan beras hanya dikuasai oleh beberapa pedagang besar.

KPPU belum melihat adanya indikasi kartel dalam kenaikan harga beras. Ini terlihat dari kenaikan harga beras yang berbeda -beda di beberapa daerah. Kenaikan harga beras di Jakarta, misalnya, mencapai 30 persen. Sedangkan di Jawa Barat rata-rata hanya 10 persen. Namun dia tak menampik kemungkinan adanya kartel di tingkat lokal. "Di tingkat pedagang besar dan penggilingan lokal, itu yang masih kami amati."

Syarkawi menyarankan kepada pemerintah agar segera membenahi aspek persediaan dan distribusi penjualan beras. Pengawasan yang minim, menurut dia, berpotensi menimbulkan kartel dalam penyaluran beras.

Pengamat pertanian, Khudori, menyatakan spekulasi merupakan hal yang biasa terjadi dalam perdagangan apa pun. Hal ini terjadi karena adanya celah yang bisa dimanfaatkan untuk mengambil keuntungan dari kebijakan pemerintah.

Menurut Khudori, pemerintah perlu memperbaiki kebijakan penyaluran beras. "Ada missing link dari sisi pengadaan hingga ke konsumen," katanya. Sejauh ini, kata dia, spekulasi para pedagang masih dalam tahap wajar selama tak ada persekongkolan.



FAIZ NASHRILLAH‎

Berita terkait

Jokowi Tinjau Pasar di Karawang: Stok dan Harga Bahan Pokok Baik

10 hari lalu

Jokowi Tinjau Pasar di Karawang: Stok dan Harga Bahan Pokok Baik

Jokowi juga menyebut harga sejumlah bahan pokok mengalami penurunan.

Baca Selengkapnya

Beras SPHP Naik, Pengamat: Perlu Penyesuaian Agar Disparitas Harga Tak Jauh

12 hari lalu

Beras SPHP Naik, Pengamat: Perlu Penyesuaian Agar Disparitas Harga Tak Jauh

Pemerintah melalui Perum Bulog menaikkan harga eceran tertinggi atau HET untuk beras SPHP, dari Rp10.900 menjadi Rp12.500 per kilogram sejak 1 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Harga Beras SPHP Naik jadi Rp 12.500 per Kilogram, Bapanas Beberkan Alasannya

13 hari lalu

Harga Beras SPHP Naik jadi Rp 12.500 per Kilogram, Bapanas Beberkan Alasannya

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo buka suara soal naiknya harga beras merek SPHP.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Penjelasan Bulog atas Harga Beras Mahal, Viral Tas Hermes hingga Kekayaan Dirjen Bea Cukai

13 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Penjelasan Bulog atas Harga Beras Mahal, Viral Tas Hermes hingga Kekayaan Dirjen Bea Cukai

Penjelasan Bulog atas harga beras yang tetap mahal saat harga gabah terpuruk.

Baca Selengkapnya

Bulog Beberkan Alasan Penyerapan Jagung Belum Maksimal

15 hari lalu

Bulog Beberkan Alasan Penyerapan Jagung Belum Maksimal

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi membeberkan alasan penyerapan jagung dari petani hingga kini masih terkendala.

Baca Selengkapnya

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

15 hari lalu

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

Diretur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi menjelaskan penyebab masih tingginya harga beras meskipun harga gabah di petani murah.

Baca Selengkapnya

Bulog Salurkan Bantuan Pangan di Jakarta Selatan

15 hari lalu

Bulog Salurkan Bantuan Pangan di Jakarta Selatan

Perum Bulog menyalurkan Bantuan Pangan Tahap II berupa beras kepada keluarga penerima manfaat (KPM) di Jakarta Selatan.

Baca Selengkapnya

Harga Gabah Anjlok, Kemendag: Gara-gara Panen Raya

24 hari lalu

Harga Gabah Anjlok, Kemendag: Gara-gara Panen Raya

Harga gabah anjlok menjadi Rp 4.500 per kilogram. Kemendag sebut gara-gara panen raya.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

24 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

25 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya