Pekerja mengangkut beras dari gudang yang stok berasnya menipis di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta, 24 Februari 2015. Pasokan beras ke PIBC, terus menukik tajam. TEMPO/Subekti.
TEMPO.CO, Jakarta - Billy Haryanto, pedagang beras Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, mengatakan setelah Perum Bulog menggelar operasi pasar, harga beras di pasar induk turun. Bulog mengguyur sebanyak 3.000 ton beras sejak Jumat 27 Februari 2015. Imbasnya positif harga beras medium turun dari Rp 10.500 menjadi Rp 9.000-9.500 per kilogram.
"Kalau dua minggu operasi pasar terus target penurunan hingga Rp 2.000 per kilogram," katanya saat dihubungi Tempo Sabtu, 28 Ferbuari 2015.
Menurut Billy harga beras mulai naik sejak 9 Januari 2015 ketika Bulog menghentikan operasi pasar. Imbasnya harga beras merangkak naik dari harga normal sebesar Rp 8.000- 8.200 menjadi Rp 10.500 per kilogram. Billy menilai penghentian operasi pasar waktu itu tidak tepat sebab pasokan beras ke pasar induk sedang seret. "Januari pedagang mengalami krisis beras," katanya.
Saat krisis pasokan, suplai beras paling besar 1.500 ton per hari. Keadaan paling sulit ketika pedagang hanya disuplai 750 ton per hari. Billy mengatakan Pasar Induk Beras Cipinang yang biasanya menerima suplai dari sentra produksi di Jawa harus mendatangkan suplai dari Sumatera.
Billy menilai jika Bulog bisa mengguyur beras selama dua minggu, ia optimistis harga beras akan kembali normal pada kisaran Rp 8.000-8.200 per kilogram. Jika harga sudah normal, Bulog bisa menhentikan operasi pasar karena beberapa sentra produksi seperti Karawang, Jawa Barat, Demak dan Sragen, Jawa Tengah, serta Ngawi, Jawa Timur, mulai memasuki masa panen raya. "Pasokan normal kembali yaitu 3.000 ton per hari," ujarnya.