DKI dan Banten Paling Banyak Serap Dana Masyarakat

Reporter

Editor

Kamis, 7 Juli 2005 03:41 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Hasil asesmen Bank Indonesia (BI) menunjukkan Propinsi DKI Jakarta dan Banten menyerap dana masyarakat terbanyak, Rp 540,2 triliun atau 54,64 persen dari total dana yang dihimpun oleh bank di seluruh wilayah Indonesia sebesar Rp 988,7 triliun untuk periode Mei 2004 hingga Mei 2005. Berdasarkan data yang diperoleh TEMPO, proporsi dana yang dikumpulkan bank di wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara sebesar 26,56 persen, wilayah Sumatera 11,63 persen. Dan porsi dana terkecil yang dikumpulkan adalah bank yang berada di wilayah Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Kalimantan, hanya sebesar 7,18 persen. Adapun jumlah kredit yang disalurkan ke seluruh wilayah Indonesia mencapai Rp 609,3 triliun, atau secara tahunan tumbuh sebesar 29,35 persen. Dari jumlah itu, kredit terbesar disalurkan ke wilayah Jakarta dan Banten sebesar 41,6 persen. Sedangkan porsi penyaluran kredit terkecil adalah ke wilayah Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Kalimantan, yakni sebesar 9,7 persen. Menurut Pimpinan Kantor BI Semarang dan DIY, sekaligus Pimpinan BI Regional Regional Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, Amril Arief, penyaluran kredit di regionalnya terkendala oleh minimnya pasokan bahan baku industri, dan mesin pabrik yang kebanyakan sudah tua. "Kalau di Jawa tidak ada masalah dengan infrastruktur. Karena sudah ada perkembangan jalan tol dan klaster-klaster regional yang tumbuh di Jawa,"ujarnya di Jakarta. Bagi Pimpinan Kantor BI Padang, sekaligus Pimpinan BI Regional Sumatera, CY Boestal, kendala pemberian kredit di regionalnya lebih banyak disebabkan oleh minimnya infrastruktur dan investasi. Contohnya ; di Sumatera Utara terdapat kendala pasokan energi, Sumatera Barat terkendala isu tsunami, Batam terkendala status Batam Free Trade Zone yang belum jelas, Bengkulu terkendala pelabuhan dan Sumatera Selatan terkendala rusaknya jalan. Pimpinan Kantor BI Makassar, sekaligus Pimpinan BI Regional Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Kalimantan, Zaeni Aboe Amin, mengakui adanya kesulitan pemberian kredit oleh perbankan di regionalnya itu. Padahal, potensi alam dan buatan yang peluangnya begitu besar dan belum tereksplorasi. Namun, Aboe menilai, potensi daerah tidak melulu harus tercermin dari nilai LDR (loan to deposit ratio) dari perbankan. "Karena LDR yang tinggi tidak akan berguna jika ternyata dana pihak ketiga (DPK) rendah, ucapnya. Wilayah yang seringkali disebut Kawasan Timur Indonesia (KTI) ini, menurut Aboe, sebetulnya sangat besar bagi pendapatan domestik bruto nasional (PDB Nasional). Namun sayangnya, tingkat inflasi di KTI lebih tinggi dari tingkat inflasi secara nasional. Rr. Ariyani

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

3 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

7 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

17 jam lalu

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

1 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

1 hari lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

1 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

3 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

4 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya