TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari DBS Bank, Gundy Cahyadi, menilai kenaikan harga bahan bakar minya bersubdisi per hari ini, Selasa, 18 November 2014, merupakan sinyal positif atas komitmen pemerintah mendorong reformasi perekonomian Indonesia. (Jokowi: Harga BBM Naik Rp 2.000 Per Liter)
"Walau pasar agak kecewa karena pemerintah belum berani menaikkan harga BBM sebesar 45 persen," kata Gundy dalam siaran pers yang diterima Tempo, Selasa, 18 November 2014. (Harga Premium Kini Rp 8.500, Solar Rp 7.500)
Ia mengatakan kebijakan menaikkan harga bensin domestik dilakukan pemerintah ketika harga minyak dunia jatuh. Hal ini menandakan adanya alasan pemerintah menyeimbangkan harga dunia dengan harga bensin dalam negeri. Karena itu, diharapkan gap atau kesenjangan antara bensin bersubsidi dan nonsubsidi menjadi 10-15 persen, terendah sejak akhir 2008. (Kenaikan Harga BBM, Begini Hitungan Faisal Basri)
Kenaikan harga BBM bersubsidi diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada Senin malam, 17 November 2014, sekitar pukul 21.00 WIB. Harga solar bersubsidi yang semula Rp 5.500 dinaikkan menjadi Rp 7.500, sedangkan Premium dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500.
Kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi tersebut diperkirakan akan menghemat anggaran subsidi tahun 2015 sebesar US$ 10 miliar. Dana tersebut dialokasikan kepada masyarakat miskin sebagai kompensasi atas kenaikan harga BBM bersubsidi.