Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Hambat Penciptaan Pekerjaan

Reporter

Editor

Budi Riza

Senin, 3 November 2014 06:19 WIB

Capres nomor urut 1 Prabowo Subianto (kanan) dan capres nomor urut 2 Joko Widodo (kiri) didampingi moderator debat Ahmad Erani Yustika (tengah) bersiap memulai debat calon presiden yang diselenggarakan KPU di Hotel Grand Melia, Jakarta, 15 Juni 2014. ANTARA FOTO/Andika Wahyu

TEMPO.CO, Jakarta- Direktur Eksekutif INDEF Ahmad Erani Yustika mengatakan perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus terjadi berdampak pada banyak hal.

"Dampaknya ada pada upaya penciptaan lapangan pekerjaan, akan makin sulit," ujar Ahmad Erani Yustika saat dihubungi, Minggu, 2 November 2014. (Baca: Pekan Depan, Indeks Saham Terpengaruh Isu BBM)

Erani menyatakan kondisi perlambatan sepanjang 2014 ini membuat upaya penciptaan lapangan pekerjaan tidak tercapai. Juga kemampuan mengentaskan kemiskinan menjadi lebih sulit.

Selain itu, tutur dia, ekspor dan investasi tidak akan menunjukkan perbaikan. Menurut Erani, sepanjang 2014, pertumbuhan ekonomi akan tetap berada di kisaran 5,2 persen.

Pertumbuhan ekonomi di atas 5,2 persen, kata dia, akan sulit terjadi dengan berbagai kondisi yang ada saat ini. (Baca: Kata Fahri Hamzah Soal Kenaikan Harga BBM Bersubsidi)

Pekan lalu, Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2014 berada di angka 5,1 persen. Sedangkan secara perhitungan keseluruhan, pertumbuhan ekonomi tetap di kisaran 5,2 persen. (Baca: Pangkas Defisit, Jokowi Andalkan Turis)

Menurut Perry Warjiyo, Deputi Gubernur Bank Indonesia, konsumsi swasta, perbaikan ekspor, dan investasi masih menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga 2014. Perbaikan konsumsi pemerintah juga menjadi salah satu faktor pendukung. Namun peningkatan konsumsi tidak setinggi seperti yang diperkirakan.

"Hal ini terjadi karena ekspansi keuangan pemerintah masih terbatas, karena menyelamatkan devisit fiskal, akibat beban subsidi," kata Erani.

MAYA NAWANGWULAN










Baca juga:
Kurator Seni: Logo Baru Yogyakarta Mirip Iklan Obat Kuat
Penghina Presiden Ini Masih Ditahan Polisi
JK Minta Perantau Sulsel Jaga Kebhinekaan
Raden Nuh Ditangkap, Tetangga Kos Tak Tahu

Berita terkait

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

14 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

15 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

46 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

46 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

47 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

47 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

47 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya

Dampak Perang Gaza, Angka Pengangguran di Palestina di Atas 50 Persen

48 hari lalu

Dampak Perang Gaza, Angka Pengangguran di Palestina di Atas 50 Persen

ILO memperkirakan jika perang Gaza masih berlanjut sampai akhir Maret 2024, maka angka pengangguran bisa tembus 57 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

7 Maret 2024

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengungkapkan kriteria ideal Menkeu seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia di masa mendatang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

6 Maret 2024

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

Ekonom senior UI Faisal Basri menentang rencana penggunaan dana BOS untuk program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya