Harga Elpiji Naik, Harga Pangan Bakal Melambung
Editor
Hadriani Pudjiarti
Jumat, 12 September 2014 15:54 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Agus Eko Nugroho, mengatakan kenaikan harga elpiji 12 kilogram (baca: Harga Elpiji 12 Kg Naik, Omzet Agen dan UKM Turun) secara otomatis akan berpengaruh pada beban biaya produksi makanan dan minuman. Menurut ekonom dari LIPI ini, harga makanan dan minuman jadi akan naik dengan sendirinya.
"Kenaikan harga makanan dan minuman diperkirakan sekitar satu persen," kata dia saat dihubungi Tempo, Jumat, 12 September 2014.
Dia mengatakan gas menjadi sebagian dari komponen energi yang digunakan oleh industri makanan dan minuman jadi. Jika harga gas elpiji meningkat, beban biaya akan bertambah. Karena itu, agar pelaku usaha tetap mendapatkan untung, harga makanan dan minuman akan naik disesuaikan dengan kenaikan harga elpiji itu sendiri.
Selain itu, dia mengatakan, pelaku usaha harusnya mendapat informasi lebih awal sehingga mereka dapat lebih bersiap untuk prediksi kenaikan harga (baca: Pertamina: Kenaikan Elpiji Tak Sulut Inflasi). Pada dasarnya, kata dia, pengusaha tak ingin konsumennya lari. Tapi, mereka harus tetap mempertimbangkan kelangsungan usaha dengan mendapat untung. Hal ini akan menyumbang kenaikan inflasi sebesar kurang dari 1 persen. "Ini menjadi keputusan dilematis," kata dia.
Terkait dengan kabar pindahnya pelaku usaha ke tabung gas 3 kg, Agus mengatakan, telah ada aturan pasar yang tak memperbolehkan hal tersebut. Tapi, jika itu terjadi, kelangkaan elpiji 3 kg tak dapat dihindari. "Jika mengikuti logika rasional ekonomi, pelaku usaha tentu beralih demi mempertahankan keuntungan tanpa menaikkan harga," kata dia.
Sebelumnya, juru bicara PT Pertamina, Ali Mundakir, mengatakan pihaknya akan menaikkan harga elpiji 12 kg secara bertahap dengan kisaran Rp 1.000-1.500 hingga 2016 mendatang. (Baca: Harga Elpiji Naik, Pertamina Masih Rugi)
Langkah ini dilakukan untuk menghapus kerugian akibat harga jual di bawah harga keekonomian. Dalam perhitungannya, jika kenaikannya sebesar Rp 1.000 per kilogram, Pertamina berpotensi menekan kerugian hingga Rp 80 miliar per bulan.
YOLANDA RYAN ARMINDYA
Terpopuler
Dahlan Iskan: Airport Tax Sumbang Kerugian Garuda
Jokowi Tak Takut BPK Dikuasai Koalisi Merah Putih
Serahkan ke Jokowi, SBY Akan Servis Mobil Dinas
Cukai Melonjak, Rokok Ilegal Marak