TEMPO.CO, Jakarta - Investor saham tampak semakin berfokus pada kebijakan pengendalian konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Sentimen negatif berupa kabar kelangkaan BBM menyebabkan perdagangan saham sesi pertama hari ini tak atraktif.
“Indeks harga saham gabungan sulit bergerak naik lantaran belum ada formulasi kenaikan harga BBM bersubsidi,” kata Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo, Selasa, 26 Agustus 2014.
Satrio mengatakan pergerakan IHSG masih terimbas sentimen negatif kelangkaan BBM. Investor mulai mengkhawatirkan pengurangan pasokan BBM bersubsidi yang menimbulkan antrean pembelian di beberapa wilayah Tanah Air. Hal itu diyakini bakal berimbas pada kinerja pertumbuhan ekonomi dalam negeri. (Baca: Efek Jokowi Tak Bisa Angkat IHSG dari Zona Merah)
Walhasil, sebagian besar investor yang sejak awal bersikap wait and see memilih untuk menjual sahamnya. Pada sesi pertama hari ini, investor asing bahkan tercatat melakukan aksi jual senilai Rp 115 miliar. Mereka melepas saham-saham sektor properti dan perbankan. Sebagai imbasnya, saham BBRI turun 1,5 persen menjadi Rp 11.125 per lembar saham, BBNI terkoreksi 1,8 persen ke level Rp 5.325, sementara LPKR jatuh 2,2 persen menjadi Rp 1.095. (Baca: Penguatan Indeks Diprediksi Tertahan)
Meskipun demikian, laju negatif IHSG sebenarnya sejalan dengan pergerakan bursa saham regional. Indeks Nikkei 225 terkoreksi 0,44 persen ke level 15.536,76, Hangseng turun tipis 0,13 persen menjadi 25.134,96, dan Shanghai juga jatuh 0,44 persen ke level 2.219,52. Kecemasan atas kenaikan harga minyak dunia akibat tuduhan invasi Rusia saat mengirimkan pasokan bantuan ke Ukraina mendorong investor menunda akumulasi investasi di pasar saham.