TEMPO.CO, Solo - Direktur Eksekutif International Monetary Fund (IMF) Wimboh Santoso menyebut negara-negara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) sebagai negara yang paling siap menghadapi liberalisasi ekonomi. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di ASEAN juga dianggap memiliki daya saing paling kuat.
"Negara-negara ASEAN dinilai sangat penting bagi dunia," kata Wimboh saat ditemui di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Rabu, 20 Agustus 2014. Menurut mantan Kepala Perwakilan Bank Indonesia di New York ini, negara-negara Asia Tenggara dianggap paling mampu memperoleh keuntungan di tengah persaingan liberalisasi ekonomi.
Menurut Wimboh, selama ini dunia mengambil Eropa sebagai model untuk menghadapi pasar global. "Ternyata di Eropa kacau," katanya. Sedangkan negara-negara di ASEAN justru terus menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. (Baca:CT: Indonesia Mesti Punya Bank Terbesar di ASEAN)
"Tingkat pertumbuhan ekonomi di ASEAN rata-rata mencapai lima persen," kata alumnus Fakultas Ekonomi UNS tersebut. Tingkat pertumbuhan ekonomi itu juga cukup stabil. Sedangkan negara-negara di Eropa rata-rata hanya mampu meningkatkan ekonominya sebesar 3-4 persen per tahun. "Ini yang membuat dunia akhirnya memilih ASEAN sebagai model untuk menghadapi liberalisasi ekonomi," katanya. (Baca:Chairul: Malaysia Terpikat Bank-bank Indonesia)
Wimboh menambahkan, Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang cukup diperhitungkan. Selain memiliki jumlah penduduk terbesar, kekayaan alam di Indonesia juga paling besar dibanding negara-negara Asia Tenggara yang lain. "Nanti sangat tergantung bagaimana kita mengolahnya," katanya.
Wakil Bank Indonesia di IMF ini mengakui jumlah penduduk yang besar itu membuat Indonesia berpotensi menjadi serbuan pemasaran hasil produksi negara lain. Meski demikian, Wimboh yakin produk Indonesia tetap mampu bersaing di dalam negeri, bahkan menembus pasar ekspor. "Saya berkeyakinan Indonesia tetap bisa memperoleh surplus perdagangan," katanya. (Baca:Jelang AFTA, 40 Wartawan ASEAN Dibina di Palembang )
Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah
4 hari lalu
Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah
Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.
Sri Mulyani Dorong Pendanaan Berkelanjutan untuk Atasi Perubahan Iklim
29 Januari 2024
Sri Mulyani Dorong Pendanaan Berkelanjutan untuk Atasi Perubahan Iklim
Indonesia turut mengalami dampak dari perubahan iklim ekstrem, Sri Mulyani bilang, pendanaan berkelanjutan bisa menjadi jawaban untuk mengatasi perubahan iklim.