Pengusaha Ini Awalnya Pengungsi Afganistan

Reporter

Sabtu, 21 Juni 2014 11:34 WIB

Sejumlah anak pengungsi Afghanistan bermain di sebidang tanah saat matahari terbenam di pinggiran kota Islamabad, Pakistan, Senin (25/11). 1,6 Juta warga Afganistan mengungsi ke Pakistan dan menjadikan Pakistan sebagai tempat pengungsian terbesar di dunia. AP/Muhammed Muheisen

TEMPO.CO, Sydney - Tak semua pengungsi yang datang ke sebuah negara akan menjadi beban negara yang didatangi. Sebab, beberapa dari pengungsi itu ada yang sukses menjadi pengusaha. Contohnya adalah Riz Wakil, seorang pengusaha sukses di bidang desain dan percetakan di Australia.

"Saya datang dari Afganistan pada November 1999, saat saya masih berusia 18 tahun," kata Riz Wakil kepada Sydney Morning Herald, Sabtu, 21 Juni 2014.

Saat pergi dari Afganistan menuju Australia, Wakil menggunakan perahu nelayan ukuran 30 kaki (sekitar 9 meter). Dia tak sendirian, karena kapan ikan ini juga ditumpangi 77 pengungsi lainnya. Tujuannya sama: mencari suaka di Australia.

Setelah sampai di Australia, mereka kemudian masuk dalam pusat detensi Curtin. Meski sudah berada di pusat penahanan, keberadaan mereka tak lebih baik dibanding saat masih dalam perjalanan di kapal. Di pusat detensi ini, Wakil mengaku sempat kehabisan air dan makanan yang layak makan.

"Semua makanan yang layak makan kami berikan kepada keluarga Irak karena mereka mempunyai anak perempuan yang masih kecil. Jadi, kami hanya makan kue kering," ujarnya, seperti dikutip Sydney Morning Herald.

Setelah sembilan bulan berada di pusat detensi Curtin, Wakil, yang merupakan etnis Hazara, diterima menjadi pengungsi dan kemudian dikeluarkan dari pusat detensi. Dia kemudian diterima menjadi pegawai di sebuah perusahaan percetakan dan desain di Australia. (Baca juga: Kisah Sukses Jack Ma: Dari Bir hingga Alibaba).

Selang 13 tahun kemudian, Wakil ternyata mampu memiliki bisnis sendiri di Fairfield, Australia. Bidang usahanya masih tak jauh dari pekerjaan sebelumnya, yaitu desain dan percetakan. Perusahaan Wakil saat ini memiliki omset sekitar US$ 300 ribu atau sekitar Rp 3,45 miliar dan mempekerjakan lima orang.

Usaha Wakil untuk menjadi orang sukses di Australia sebenarnya bukanlah pekerjaan mudah. Apalagi dia adalah seorang pendatang. Banyak orang Australia yang masih memandang manusia kapal--sebutan untuk para pencari suaka--tak hanya ilegal, tapi juga pemalas.

"Pandangan ini akan kamu lihat sepanjang waktu," tutur Sophie Peer dari kelompok advokasi pengungsi Chilout.

Buktinya, kata dia, dalam akun Facebook milik organisasi ini dipenuhi komentar kenapa organisasi ini membiarkan mereka masuk ke Australia. Menurut Sophie, tak bisa diragukan lagi jika masih ada warga Australia yang mempunyai rasisme yang sangat kuat.

Padahal dalam laporan Profesor Graeme Hugo pada 2011 disebutkan para para pengungsi itu sebenarnya memberikan kontribusi yang besar pada kegiatan ekonomi di Australia. "Di beberapa daerah, mereka mengisi kekurangan tenaga kerja," ujar Graeme.

AMIR TEJO




Berita utama
Ulang Tahun, Jokowi Kebanjiran Ucapan di Twitter
Lima Satuan Kerja yang Bermasalah di DKI
JK: Mafia Minyak Halangi Pembangunan Kilang






Berita terkait

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

26 hari lalu

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

Baju Lebaran yang diberikan oleh Yayasan BFLF Indonesia berupa satu setelan busana muslim untuk anak perempuan pengungsi Rohingya

Baca Selengkapnya

120 Warga Etnis Rohingya Dievakuasi dari Laut ke Daratan Aceh

31 Desember 2021

120 Warga Etnis Rohingya Dievakuasi dari Laut ke Daratan Aceh

Saat mendarat, para pengungsi Rohingya yang mayoritas perempuan dan anak-anak tersebut dalam kondisi lemas dan kedinginan.

Baca Selengkapnya

Ribuan Pengungsi Rohingya di Pulau Terpencil Protes

1 Juni 2021

Ribuan Pengungsi Rohingya di Pulau Terpencil Protes

Pengungsi Rohingya ini protes terhadap kondisi kehidupan di pulau Bhashan Char, Bangladesh, yang rawan topan.

Baca Selengkapnya

Bangladesh Lanjutkan Pemindahan Ribuan Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

28 Januari 2021

Bangladesh Lanjutkan Pemindahan Ribuan Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

Pemerintah Bangladesh akan merelokasi 2-3 ribu pengungsi Rohingya ke Pulau Bhasan Char.

Baca Selengkapnya

100 Etnis Rohingya Ditahan Otoritas Myanmar

8 Januari 2021

100 Etnis Rohingya Ditahan Otoritas Myanmar

Hampir 100 etnis Rohingya ditahan oleh kepolsiain Myanmar dalam sebuah penggerebekan. Mereka dituduh melakukan perjalanan ilegal.

Baca Selengkapnya

Perusahaan Israel Dituduh Dukung Militer Myanmar Genosida Etnis Rohingya

24 Desember 2020

Perusahaan Israel Dituduh Dukung Militer Myanmar Genosida Etnis Rohingya

Justice for Myanmar merilis laporan yang menyebut perusahaan Israel menjual teknologinya ke militer Myanmar untuk melakukan genosida terhadap Rohingya

Baca Selengkapnya

Janda Rohingya Gugat Myanmar Rp 28 Miliar atas Pembunuhan Suaminya di Inn Din

12 Desember 2020

Janda Rohingya Gugat Myanmar Rp 28 Miliar atas Pembunuhan Suaminya di Inn Din

Seorang janda Rohingya menuntut kompensasi US$ 2 juta atas kematian suaminya yang dibunuh oleh tentara Myanmar di Inn Din, Myanmar barat, pada 2017.

Baca Selengkapnya

Kemenangan Partai NLD Aung San Suu Kyi Cukup untuk Membentuk Pemerintahan

13 November 2020

Kemenangan Partai NLD Aung San Suu Kyi Cukup untuk Membentuk Pemerintahan

Partai NLD pimpinan Aung San Suu Kyi mengamankan 322 kursi parlemen bikameral dalam pemilu Myanmar, jumlah kursi yang cukup untuk membentuk kabinet.

Baca Selengkapnya

Aung San Suu Kyi Terpilih Lagi, Partai NLD Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

9 November 2020

Aung San Suu Kyi Terpilih Lagi, Partai NLD Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

Partai NLD Aung San Suu Kyi meraih 15 kursi dalam penghitungan suara sementara pemilu Myanmar 2020 pada Senin.

Baca Selengkapnya

Partai Aung San Suu Kyi Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

7 November 2020

Partai Aung San Suu Kyi Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

Aung San Suu Kyi dan partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), diprediksi kembali menang meski diterpa isu genosida etnis Rohingya

Baca Selengkapnya