Fauzi Bowo (Kiri), Agus Martowardjojo(kanan) dan Fuad Rahmany (tengah). TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus D. Martowardojo mengatakan melemahnya rupiah dalam beberapa hari ini di kisaran Rp 11.800 per dolar Amerika terjadi akibat pengumuman neraca perdagangan yang defisit sebesar US$ 1,9 miliar di bulan April 2014. Ia mengatakan defisit neraca perdagangan sepanjang Januari hingga April lalu memberikan sentimen terhadap nilai tukar rupiah.
"Terus pembahasan di DPR ini yang membuat market menduga akan ada pengurangan BBM bersubsidi," kata Agus D. Martowardojo, ketika ditemui di DPR/MPR, Rabu, 11 Juni 2014. Ia mengatakan pasar menduga akan dilakukan penyesuaian harga pada BBM yang kemudian akan berdampak pada inflasi. (Baca: BI Wajib Intervensi jika Kurs Rupiah Tembus 12.000)
Dengan demikian, semua faktor-faktor tersebut kemudian terefleksi pada nilai tukar rupiah. Agus juga menyebutkan besarnya permintaan dolar dari korporasi berkenaan dengan kebutuhan musiman, yaitu repratriasi keuntungan maupun pembayaran royalti, pinjaman, dan bunga ke luar negeri juga turut menjadi faktor penyebab melemahnya rupiah.
Ia mengatakan kondisi politik saat ini, yaitu telah terbentuk dua pasangan calon presiden dan wakil presiden yang baru turut mengakibatkan adanya sentimen terhadap nilai rupiah. "Ditambah dengan kondisi politik yang menunjukkan persaingan ketat juga turut mempengaruhi," kata Agus.