TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Satria Hamid Ahmadi meyakinkan konsumen agar tak ragu mengkonsumsi produk Cadbury yang didistribusikan peretail anggota Aprindo. Penegasan ini disampaikan Satria untuk menanggapi kabar bahwa sebagian produk Cadbury mengandung babi.
"Aprindo sudah meminta konfirmasi ke importir dan dipastikan dua varian Cadbury tersebut tidak masuk ke Indonesia," kata Satria yang dihubungi Tempo pada Rabu siang, 28 Mei 2014. Ia menyatakan Aprindo akan bersurat kepada anggotanya untuk memeriksa kembali produk Cadbury yang dipasarkan.
Menurut Satria, Aprindo selalu mendasarkan impor produk pada dokumen resmi seperti izin edar dan sertifikasi nilai tambah produk, termasuk sertifikasi halal. Bila dokumen tersebut lengkap, Aprindo baru berani mengimpor suatu produk.
Meski demikian, kata Satria, tak tertutup kemungkinan bila sertifikasi yang dikeluarkan palsu atau tidak benar. Untuk mengantisipasi hal ini, Satria berharap lembaga berwenang memberi informasi kepada Aprindo dengan detail tentang keterangan produk-produk yang beredar di pasaran secara berkala.
"Dengan demikian, kami akan selalu bisa mengecek silang kebenaran dokumen yang menyertai suatu produk," ujar Satria.
Peretail yang menjadi anggota Aprindo di antaranya Carrefour, Hero, Hypermart, Foodmart, Super Indo, Alfamart, Indomaret, dan Ramayana Supermarket. Satria mengatakan akan berkomunikasi dengan toko-toko retail tersebut untuk memastikan tidak ada varian Cadbury berbabi yang dijual.
Varian Cadbury yang mengandung jejak DNA babi ditemukan pada Cadbury Dairy Milk Hazelnut dan Cadbury Dairy Milk Roast Almond buatan Malaysia. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Makanan Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) sebelumnya memperingatkan masyarakat untuk waspada karena di antara varian tersebut ada yang beredar di Indonesia. (Baca juga: MUI: Cadbury Berbabi Beredar di Indonesia)