TEMPO.CO, London - Perayaan Paskah 2014 bisa jadi yang termahal dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sebab, perayaan ini bertepatan dengan kenaikan harga cokelat dunia hingga beberapa persen. Akibatnya, biaya untuk menyediakan hidangan manis dan telur paskah melambung. (Baca juga: Produksi Kakao Nasional Terus Turun)
Laporan yang dirilis Euromonitor International Ltd menyebutkan kenaikan harga terjadi seiring bertambahnya permintaan cokelat dalam tiga tahun terakhir. Suplai cokelat mentah dari Afrika Barat dan beberapa negara lain kemungkinan menipis. Sejak Maret 2014, harga biji kakao, bahan baku cokelat, mengalami kenaikan tertinggi sejak 30 bulan terakhir. (Baca: Eropa, Pasar Kakao paling Menggiurkan)
Di bursa komoditas berjangka ICE Futures New York, pada akhir Desember 2014, harga kakao kemungkinan mencapai US$ 3.210 per metrik ton--angka tertinggi sejak Juli 2011. Harga tersebut naik 6,3 persen dibanding pertengahan April 2014 yang mencapai US$ 3.039 per metrik ton. Data Asosiasi Pedagang Cokelat Amerika (Cocoa Merchants Association of America) menyebutkan harga bahan olahan cokelat (cocoa butter) naik 86 persen pada 11 April 2014. (Baca juga: Dua Alasan Pemerintah Impor Kakao)
Kenaikan harga cokelat juga terasa di Inggris. Menurut Lucy Armstrong, produsen permen dari Kota Chichester, harga cokelat kemasan 10 kilogram naik 18 persen menjadi US$ 98 atau sekitar Rp 1.120.000. Akibatnya, dia terpaksa menaikkan harga telur paskah dagangannya hingga 50 persen menjelang perayaan yang jatuh pada 20 April 2014. Kemungkinan, kata Armstrong, harga penganan cokelat akan dinaikkan lagi dalam enam bulan mendatang. "Ini adalah pertama kali harga cokelat naik secara mendadak," katanya kepada Bloomberg. (baca juga: Cokelat Justru Bikin Langsing)
Selain bertambahnya permintaan, cekaknya suplai cokelat menjadi penyebab kenaikan harga. Organisasi Perdagangan Cokelat Dunia (International Cocoa Organization) di London menyatakan pasokan bahan baku sebenarnya naik hingga 4,104 juta ton. Namun pasokan tersebut jauh lebih rendah dari kebutuhan yang mencapai 4,178 juta ton. Harga semakin melambung tatkala muncul kekhawatiran gagal panen akibat cuaca buruk dan gejala El Nino yang membawa angin kering ke beberapa negara produsen, seperti Afrika Barat, Pantai Gading, dan Ghana.