TEMPO.CO, Jakarta - Aksi ambil untung (profit taking) yang dilakukan sebagian pelaku pasar mengakhiri tren kenaikan rupiah yang berlangsung selama sepekan terakhir. Publikasi data ekonomi Cina yang melambat menjadi momentum pelaku pasar mengambil keuntungan sementara waktu.
Rupiah yang menguat sepanjang perdagangan mendadak berbalik arah menjelang penutupan. Di pasar mata uang, Selasa, 11 Maret 2014, rupiah terkoreksi 30 poin (0,26 persen) ke level 11.400. (Baca juga: Indeks Saham Diperkirakan Masih Menguat).
Ekspor Cina pada Februari kembali turun 18,1 persen dari periode tahun lalu. Hal ini menguatkan ekspektasi negatif perekonomian Cina pada tahun ini tidak akan mampu mencapai target pertumbuhan 7,5 persen. (Baca: Indeks Saham Tertekan Perlambatan Ekonomi Cina).
Namun analis Indonesian Bond Pricing Agency, Fakhrul Aufa, meyakini koreksi mata uang rupiah hanya bersifat teknis. Pasalnya, di tengah menguatnya sentimen positif ekonomi dalam negeri, semestinya tidak terjadi koreksi terhadap nilai tukar rupiah.
Apalagi, menurut Fakhrul, persepsi pelaku pasar terhadap likuiditas dolar cenderung positif setelah keberhasilan lelang Surat Utang Negara (SUN) yang digelar pada awal pekan. Lelang SUN yang menyerap dana US$ 350 juta spontan dipersepsikan bahwa pelaku pasar akan menambah cadangan devisa negara. “Rupiah seharusnya melanjutkan penguatan,” kata Fakhrul kemarin.
Di luar aksi profit taking, koreksi rupiah diyakini terjadi karena pelaku pasar menahan diri mengakumulasi rupiah menjelang pelaksanaan rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang membahas tingkat suku bunga acuan (BI Rate). Pernyataan Gubernur BI yang menyebutkan terbukanya peluang penyesuaian BI Rate sedikit mengurangi kepercayaan pelaku pasar terhadap rupiah.
Hari ini, Rabu, 12 Maret 2014, rupiah diprediksi hanya bergerak terbatas pada level 11.350-11.450 per dolar. “Kenaikan BI Rate tentu saja akan menyebabkan risiko kerugian kurs jadi meningkat,” tuturnya.
MEGEL JEKSON
Berita Terpopuler
Cuit Maira untuk Ayahnya, Kru Malaysia Airlines
Status Gunung Slamet Masih Waspada
Ini Dia Penumpang Gelap Malaysia Airlines
Berita terkait
Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat
19 jam lalu
Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.
Baca SelengkapnyaPerkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama
2 hari lalu
Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.
Baca SelengkapnyaTerpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN
4 hari lalu
Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.
Baca SelengkapnyaRamai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara
5 hari lalu
Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai
Baca SelengkapnyaAliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI
5 hari lalu
Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaBank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR
5 hari lalu
Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen
Baca SelengkapnyaCadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar
6 hari lalu
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Baca SelengkapnyaTak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah
10 hari lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
Baca SelengkapnyaBos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya
10 hari lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaInflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya
11 hari lalu
BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.
Baca Selengkapnya