TEMPO.CO , Jakarta - Chief Executive Officer Bitcoin Indonesia, Oscar Darmawan, mengatakan mata uang online bitcoin sangat rawan digunakan untuk pencucian uang. "Kemungkinan pencucian uangnya besar banget," kata Oscar beberapa waktu lalu ketika berkunjung ke kantor Tempo.
Menurutnya, sejak bitcoin diluncurkan pada 2009 hingga saat ini belum ada bank sentral di dunia yang mengatur peredaran mata uang maya tersebut. Bank sentral di Cina, Amerika Serikat, dan negara lainnya melarang peredaran Bitcoin melibatkan bank. Mereka memperbolehkan Bitcoin sebagai media investasi, tapi tidak sebagai standar pengukuran. "Di Indonesia, Bank Indonesia belum mengatur dan belum melarang Bitcoin," katanya. (Baca: BI: Penggunaan Bitcoin Melanggar Undang-undang).
Semua transaksi di bitcoin, kata Oscar, tercatat. Semua orang di internet pun bisa melihat transaksi pengguna bitcoin melalui wallet (dompet) digital bitcoin. Setiap pengguna bitcoin memiliki wallet, dan bisa memiliki lebih dari 100 wallet.
Lalu, di mana potensi pencucian uangnya? Oscar mencontohkan, pada 22 November 2013 tercatat transaksi dari negara yang tidak diketahui sebanyak 199.993 BTC. Sampai saat ini, tidak diketahui siapa orang tersebut. Soalnya, dalam bertransaksi, para pengguna bitcoin belum tentu mencantumkan identitas aslinya. "Biasanya kalau ada yang berniat jahat, wallet-nya nggak mau diekspos di internet," kata Oscar.
Mata uang bitcoin pada dasarnya dapat digunakan untuk berbagai transaksi. Misalnya untuk transaksi legal seperti di wordpress.com, virgin galatic airways, republikhost.com, dan berbagai donasi sosial seperti ke wikileaks. Tapi juga dapat digunakan untuk kepentingan illegal yang porsinya lebih besar di dunia internasional. Tindakan ilegal itu termasuk pencucian uang, gambling, obat-obatan terlarang, dan bahkan protitusi.
APRILIANI GITA FITRIA
Terpopuler:
Baru Ketemu Risma, Wisnu Sudah Cerita Proyek
Pesan Jokowi untuk Wali Kota Risma: Sabar ya, Bu...
Hasil Lengkap Pertandingan Liga Champions
Curhat Wali Kota Risma kepada Elite PDIP
Digempur Lobi Jalur ITS dan Sogokan, Surutkah Risma?
Kisah Ransel Hitam Buat Sutan Bhatoegana
Berita terkait
Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah
1 hari lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
Baca SelengkapnyaBos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya
1 hari lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaInflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya
1 hari lalu
BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.
Baca SelengkapnyaEkonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat
3 hari lalu
Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.
Baca SelengkapnyaMeski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit
4 hari lalu
PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaBRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay
4 hari lalu
Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.
Baca SelengkapnyaSuku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti
5 hari lalu
BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaKenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit
5 hari lalu
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.
Baca SelengkapnyaBI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit
5 hari lalu
BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
Baca SelengkapnyaBI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini
6 hari lalu
BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca Selengkapnya