Seorang satpam sedang melintas di depan menekuin yang berseragam militer dari berbagai negara di shoroom yang terletak di kawasan pabrik Sritex, Sukoharjo (20 September 2011). Tempo/Andry Prasetyo.
TEMPO.CO , Surakarta - PT Sri Rejeki Isman atau Sritex, identik dengan produsen seragam militer. Produknya tidak hanya dipakai Tentara Nasional Indonesia dari berbagai angkatan, tapi juga diekspor ke berbagai negara.
Juru bicara PT Sritex, Basuki, mengatakan awalnya pendiri dan pemilik Sritex, Muhammad Lukminto fokus mengembangkan produk fashion. "Itu diawali dari bisnis tekstil di Pasar Klewer," kata Basuki, Rabu, 12 Februari 2014. (Baca: Pendiri Sritex, Muhammad Lukminto, Meninggal Dunia).
Merintis usaha sejak 1966, Lukminto yang lahir di Kertosono, Nganjuk pada 1 Juni 1946 tersebut berhasil membuka pabrik tekstil pertama pada 1968. Usahanya terus berkembang, hingga pada 1992 mampu membangun pabrik tekstil yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Pabrik baru di Sukoharjo tersebut diresmikan Presiden Soeharto.
Melihat peluang bisnis di penyediaan seragam militer, Lukminto lantas mengalihkan prioritas produksi. Dia serius memproduksi seragam militer dengan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) sebagai pemakai pertama.
Saat bertugas di luar negeri, tak jarang personel ABRI bertukar seragam dengan militer dari negara lain. Hal itu membuka jalan bagi Sritex merambah pasar internasional. "Mirip sepak bola, habis pertandingan tukar kaos. Di militer juga tukar seragam setelah misi bersama selesai," katanya.
Pelanggan asing pertama adalah pasukan pertahanan atlantik utara atau NATO. Sritex menyuplai seragam tentara NATO dan Jerman sejak 1994 dan berlanjut hingga sekarang. "Mereka mengakui kualitas seragam buatan Sritex," ucapnya. Saat ini Sritex sudah mengekspor seragam militer ke 55 negara.
Tren Ekspor Meningkat, Luhut: Pemerintah Siapkan Berbagai Insentif untuk Pelaku Industri Tekstil
9 Mei 2023
Tren Ekspor Meningkat, Luhut: Pemerintah Siapkan Berbagai Insentif untuk Pelaku Industri Tekstil
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menilai tren ekspor maupun impor produk tekstil Indonesia meningkat cukup tinggi setelah pandemi Covid-19.