TEMPO.CO, Jakarta - Turunnya angka klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) rupanya belum mampu mendorong mata uang dolar bergerak menguat. Sikap investor global yang memilih menunggu kepastian data tenaga kerja (non-farm payrolls) akhirnya kembali menekan dolar. Untuk sementara waktu, dolar tampaknya masih harus mengakui kekuatan mata uang regional. (Baca juga: Kurs Regional Naik, Merespons Data Negatif AS)
Ekonom PT Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, menyatakan investor global memang sangat menantikan data non farm payrolls yang dirilis bersamaan dengan tingkat pengangguran (unemployment rate) nanti malam. Data tersebut, menurut Rangga, akan menentukan langkah kebijakan pemangkasan stimulus (tapering off) selanjutnya. “Non-farm payrolls dan unemployment rate AS menjadi data yang paling ditunggu,” kata Dia. (Lihat juga: Amerika Pangkas Stimulus, Rupiah Jeblok?)
Departemen Tenaga Kerja AS memang kembali melaporkan penurunan jumlah orang yang mengajukan klaim pengangguran sebanyak 20 ribu orang per 1 Februari kemarin. Namun sayangnya, negatifnya laporan prediksi sebelumnya kembali mengaburkan optimisme kinerja perekonomian AS. Investor yang kebingungan akhirnya menunda mengakumulasi aset-aset bernilai dolar. (Berita terkait: Rupiah pada Semester Dua Diprediksi Menguat )
Keputusan bank sentral Eropa (ECB) yang memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 0,25 persen, menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan negara berkembang (emerging markets). Pada pukul 13.30 WIB, rupiah bergerak menguat 29 poin (0,24 persen) ke level Rp 12.165 per dolar AS. Won masih menjadi mata uang yang mengalami kenaikan tertinggi sebesar 0,42 persen ke level 1.074, 45 per dolar AS.
MEGEL JEKSON (PDAT)
Terpopuler :
Bunga Duka Jokowi Hingga Prabowo Buat Lukminto
Tinggalkan Bisnis PC, Sony Jual Divisi VAIO
Strategi Indonesia Menjadi Negara Maju
Rute Gemuk Merpati Bikin 'Ngiler' Maskapai Lain
Terhambat Bencana, Tiket KA Bisa Diuangkan Kembali
Berita terkait
Ciputra Resmi Akuisisi 15 Persen Saham Metropolitan Land Senilai Rp 367,4 M
13 November 2021
Ciputra Development melalui anak perusahaannya, Ciputra Nusantara resmi mengakuisisi 15 persen saham Metropolitan Land.
Baca SelengkapnyaIHSG Hari Ini Diperkirakan Masih Tertekan di Kisaran 5.803-5.960, Apa Sebabnya?
1 Februari 2021
Indeks harga saham gabungan atau IHSG pada perdagangan hari ini, Senin, 1 Februari 2021, diperkirakan masih tertekan.
Baca Selengkapnya2019, Ekonom Prediksi Nilai Tukar Rupiah Rata-rata Rp 14.725
6 Desember 2018
Ekonom Bank Danamon, Wisnu Wardana memperkirakan rupiah pada 2019 akan berada pada level Rp 14.725 per dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaIHSG Diprediksi Rebound Hari Ini, Tetap Waspadai Rupiah
18 Juli 2018
Pergerakan kurs rupiah diprediksi tetap mempengaruhi IHSG hari ini.
Baca SelengkapnyaInfobank Beri Penghargaan untuk 100 Emiten Berkinerja Baik
25 Januari 2018
Lembaga analis strategi perbankan dan keuangan, Infobank, akan memberikan penghargaan kepada 100 emiten dengan pertumbuhan tercepat.
Baca SelengkapnyaDibuka Menguat, IHSG Tiba-tiba Anjlok 14,09 Poin
3 Januari 2018
Pada awal perdagangan, IHSG dibuka menguat sebelum tiba-tiba turun.
Baca SelengkapnyaIHSG Diprediksi Menguat, Simak Rekomendasi Saham Pilihan
6 Desember 2017
Untuk investasi jangka panjang, IHSG diprediksi akan memberi keuntungan.
Baca SelengkapnyaDolar Menguat, Rupiah Tertekan ke Level Rp 13.587
26 Oktober 2017
Rupiah ditutup melemah 0,07 persen atau 9 poin di Rp 13.587 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaRupiah Kembali Melemah, Ditutup di Level Rp 13.578 Per Dolar AS
25 Oktober 2017
Rupiah tertekan penguatan dolar Amerika Serikat saat imbal hasil obligasi Amerika meningkat.
Baca Selengkapnya5 Hari Melemah, Kurs Rupiah Akhirnya Kembali Rebound
24 Oktober 2017
Rupiah ditutup menguat 0,07 persen atau 10 poin di Rp 13.533 per dolar AS.
Baca Selengkapnya